Kanal24, Jakarta – Stabilitas ekonomi adalah fondasi penting bagi pertumbuhan yang berkelanjutan, terutama di tengah tantangan global dan domestik. Dalam upaya menjaga keseimbangan ini, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah strategis dengan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen.
Keputusan ini diumumkan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) (15/1/2025). Penyesuaian tersebut turut berdampak pada suku bunga Deposit Facility yang turun menjadi 5 persen dan Lending Facility menjadi 6,5 persen.
“Memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen, suku bunga deposit facility turun 25 bps menjadi 5 persen dan suku bunga lending facility juga turun 25 bps menjadi 6,5 persen,” ungkap Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/1).
Perry menegaskan bahwa langkah ini selaras dengan pandangan BI yang mengedepankan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (pro stability and pro growth). Penurunan suku bunga acuan dinilai sebagai langkah yang tepat untuk merespons dinamika ekonomi global dan domestik yang tengah berlangsung.
“Ketika kita menurunkan BI rate, itu sebetulnya ada perubahan stance, sudah ada yaitu pro stability and pro growth. Kami harus juga menyampaikan dan mencermati masih terbukanya ruang penurunan suku bunga,” jelasnya.
Dalam analisisnya, Perry menilai bahwa momentum saat ini tepat untuk menciptakan narasi pertumbuhan yang lebih baik. Ketidakpastian kebijakan pemerintah AS dan arah Fed Fund Rate (FFR) dinilai mulai mereda, memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengambil langkah antisipatif. “This is the timing untuk menurunkan suku bunga supaya bisa menciptakan growth story yang lebih baik,” katanya.
Tantangan Domestik dan Upaya Pemulihan
Dari sisi domestik, BI mencermati adanya pelemahan pada konsumsi rumah tangga, khususnya di kelompok menengah ke bawah. Perry mengungkapkan, hasil survei ekspektasi konsumen menunjukkan penurunan pada indikator penghasilan, konsumsi, dan lapangan kerja.
“Kami terus cermati konsumsi rumah tangga khususnya menengah ke bawah yang rendah (berdasarkan hasil) dari survei ekspektasi konsumen yang menunjukan ekspektasi mengenai penghasilan, ekspektasi untuk konsumsi, ekspektasi lapangan kerja yang belum kuat demikian juga untuk investasi,” paparnya.
Melalui kebijakan ini, BI berharap dapat mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan. “This is the timing supaya forward looking, preemptive kebijakan moneternya,” tambah Perry.
Nilai Tukar Rupiah Tetap Stabil
Menanggapi pelemahan nilai tukar Rupiah yang sempat terjadi, Perry optimistis bahwa pergerakannya akan tetap stabil sesuai dengan nilai fundamental ekonomi Indonesia.
“Nilai tukar sekarang itu relatif stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya ke depan. Kami dalam dua hari ini melakukan exercise, skenario nilai tukar, dan kesimpulannya nilai tukar sekarang dan ke depan itu masih konsisten dengan nilai fundamental yaitu pencapaian inflasi dan juga perkembangannya,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan dapat memperkuat daya saing ekonomi nasional sekaligus menjaga stabilitas ekonomi di tengah tantangan global yang kompleks. Dengan kebijakan yang tepat sasaran, BI optimis ekonomi Indonesia dapat terus bertumbuh secara inklusif dan berkelanjutan.(din)