Kanal24, Malang – Diskusi publik bertema “Peran Mahasiswa: Pilar Demokrasi dalam Mengawal Pasca Pilkada dan 100 Hari Kerja Kabinet Merah Putih” pada Selasa (21/01/2025) menjadi ajang evaluasi demokrasi pasca Pilkada 2024 di Malang Raya. Acara yang diselenggarakan di Auditorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang (Polinema) ini membahas berbagai tantangan yang dihadapi mahasiswa dalam menjalankan peran strategis mereka.
Baca juga:
Dinamika Hukum, Politik Nasional dan Global Memasuki Tahun 2025
Threshold 20% Gugur: Demokrasi Lebih Inklusif atau Risiko Fragmentasi Politik?
Gilang Dalu, Koordinator Daerah BEM Malang Raya, menyoroti beberapa persoalan yang mencuat selama Pilkada 2024. “Evaluasi terbesar kami adalah banyaknya serangan personal antar pasangan calon yang justru mengesampingkan gagasan dan program. Demokrasi seharusnya membangun, bukan saling menjatuhkan,” ujar Gilang.
Ia juga menyoroti fenomena kelompok tertentu yang mengatasnamakan mahasiswa dalam aksi-aksi yang sebenarnya memiliki agenda politik tersembunyi. “Kami merasa terganggu karena aksi-aksi ini mengatasnamakan mahasiswa, padahal sering kali bukan representasi dari komunitas mahasiswa yang sebenarnya,” tegasnya.
Gilang menjelaskan bahwa BEM Malang Raya telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam demokrasi. Salah satunya adalah dengan mengadakan simposium Pilkada dan deklarasi Pilkada damai di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi mahasiswa tentang pentingnya menjaga demokrasi yang bersih dan damai.
Dalam konteks 100 hari kerja Kabinet Merah Putih, Gilang menegaskan pentingnya keseimbangan antara kritik dan kolaborasi. “Kami membangun dua gerakan: kritik yang membangun dan kolaborasi strategis. Ketika kebijakan tidak sesuai harapan masyarakat, kami akan mengkritik. Namun, jika ada program yang strategis dan bermanfaat, kami siap menjadi mitra pemerintah,” paparnya.
Baca juga:
Dinamika Hukum, Politik Nasional dan Global Memasuki Tahun 2025
Threshold 20% Gugur: Demokrasi Lebih Inklusif atau Risiko Fragmentasi Politik?
Gilang berharap diskusi ini dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa yang selama ini cenderung apatis terhadap isu demokrasi. Ia menegaskan bahwa mahasiswa memiliki peran besar sebagai agen perubahan untuk menciptakan pemerintahan yang lebih baik. “Kami ingin mahasiswa Malang menjadi pelopor dalam menjaga demokrasi bersih dan berintegritas,” tutupnya. (nid/abe)