Kanal24, Malang – Pengembangan Metode Geolistrik Resistivitas untuk Analisis Fertilitas Tanah (GAFT) menjadi salah satu tonggak penting dalam penelitian geofisika terapan. Metode ini dirancang untuk memberikan solusi praktis dalam menilai kesuburan tanah dengan pendekatan yang cepat, efisien, dan ramah lingkungan. Atas dedikasi dan kontribusinya dalam bidang ini, Drs. Alamsyah Mohammad Juwono, M.Sc., Ph.D., resmi dikukuhkan sebagai profesor Bidang Ilmu Kebencanaan Lingkungan dan Emisi Vulkanik di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya pada Kamis (30/1/2025).
Tantangan Analisis Kesuburan Tanah
Penelitian fertilitas tanah selama ini mengandalkan metode konvensional seperti pengeboran (borehole) untuk mengambil sampel tanah, yang kemudian dianalisis secara kimiawi. Meskipun akurat, metode ini membutuhkan proses yang rumit, biaya tinggi, serta memakan waktu lama. Terinspirasi oleh tantangan tersebut, Profesor Alamsyah mengembangkan GAFT, sebuah pendekatan berbasis geolistrik yang lebih praktis dan hemat biaya.
Metode ini memanfaatkan resistivitas listrik tanah sebagai indikator kesuburan. Tanah subur cenderung memiliki resistivitas rendah karena kaya akan unsur besi (Fe), sementara tanah tidak subur menunjukkan resistivitas tinggi akibat dominasi silikon (Si). Dengan metode ini, peneliti tidak perlu mengambil sampel fisik, melainkan cukup mengukur distribusi resistivitas listrik menggunakan alat geolistrik.
Studi Geolistrik Resistivitas Tanah
Penelitian dimulai dengan studi perbandingan antara dua jenis tanah, yaitu tanah subur di Kota Batu dan tanah kurang subur di lereng Gunung Semeru, Kabupaten Malang. Tanah di lereng Gunung Semeru dipilih karena terpapar abu vulkanik yang kerap memengaruhi struktur kimia dan kesuburan tanah. Pengukuran dilakukan melalui dua pendekatan: analisis kimiawi menggunakan spektroskopi XRF dan pengukuran resistivitas menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger.
Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif antara resistivitas tanah dengan kandungan unsur-unsurnya. Tanah subur mengandung fosfor (P) lebih tinggi, yang merupakan elemen penting bagi pertumbuhan tanaman, serta besi (Fe) yang meningkatkan konduktivitas ion dalam tanah. Sebaliknya, tanah tidak subur memiliki kandungan silikon (Si) yang tinggi, yang bersifat non-konduktif.
“Temuan ini menunjukkan bahwa resistivitas tanah dapat menjadi indikator efisien untuk mengukur kesuburan. Ini adalah langkah maju dalam dunia pertanian dan geofisika,” ungkap Profesor Alamsyah.
Metode Geolistrik Solusi Agrikultur
Metode GAFT kini mulai diterapkan dalam berbagai penelitian terkait pengelolaan tanah dan pertanian. Dengan kemampuan menjangkau area luas secara cepat, GAFT sangat cocok digunakan untuk survei awal lahan pertanian, terutama di wilayah-wilayah dengan topografi yang sulit. Selain itu, pendekatan ini juga membuka peluang baru untuk mengatasi tantangan lingkungan lainnya, seperti mitigasi bencana geologi dan analisis dampak abu vulkanik terhadap ekosistem.
Dalam pidato ilmiahnya, Profesor Alamsyah menekankan pentingnya inovasi ini sebagai solusi berkelanjutan bagi sektor agrikultur di Indonesia. “Metode geolistrik menawarkan cara alternatif untuk memahami kesuburan tanah tanpa harus merusak lingkungan. Pendekatan ini memberikan kemudahan dalam penelitian, terutama untuk lahan berskala besar,” ujarnya.
Pengembangan Integrasi GAFT dan AI
Ke depan, Profesor Alamsyah berencana mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi metode GAFT. Dengan melibatkan AI, analisis data resistivitas tanah dapat dilakukan lebih cepat dan memberikan hasil yang lebih terperinci. Ia juga berharap bahwa penemuan ini dapat terus dikembangkan oleh generasi peneliti selanjutnya, baik di dalam maupun luar negeri.
Pengukuhan Profesor Drs. Alamsyah Mohammad Juwono, M.Sc., Ph.D. menjadi momen penting atas kontribusi dan inovasi ilmiah di Universitas Brawijaya. Dengan GAFT, pertanian berkelanjutan di Indonesia kini memiliki solusi yang lebih efisien dan ramah lingkungan, membuka peluang besar untuk pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik.
Profesor Alamsyah dikukuhkan bersama 7 profesor lain yaitu Prof. Dr. Ahsan, S.Kp. M.Kes., Prof. Ir. Aida Sartimbul, M.Sc., Ph.D., Prof. Dr. Dra. Ani Budi Astuti, M.Si., Prof. Dr. Aulia Fuad Rahman, S.E., M.Si., Ak., Prof. Barlah Rumhayati, S.Si., M.Si., Ph.D., Prof. Dr. Ir. Solimun, MS., Prof. Syahrul Kurniawan, S.P., M.P., Ph.D. (din)