Kanal24, Malang – Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP., Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Brawijaya (UB), menyampaikan tanggapannya terkait Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025. Menurutnya, secara umum, mekanisme seleksi tahun depan tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, baik untuk Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP), Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT), maupun jalur mandiri. Namun, terdapat beberapa penyesuaian yang perlu diperhatikan, terutama dalam pelaksanaan SNBT. (06/02/2025).
Salah satu perubahan signifikan dalam SNBT 2025 adalah penghapusan pengelompokan peserta didik berdasarkan jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Kebijakan ini disesuaikan dengan kurikulum yang saat ini berlaku di sekolah menengah. “Jadi, para lulusan sekolah menengah yang akan mendaftar SNBT nantinya tidak lagi dikategorikan sebagai eksakta atau sosial humaniora. Ini adalah penyesuaian yang penting untuk memastikan kesetaraan dan fleksibilitas bagi calon mahasiswa,” jelas Prof. Imam.
Ia juga menekankan pentingnya sosialisasi yang telah dilakukan oleh Universitas Brawijaya, PTN lainnya, dan panitia pusat SNPMB. Sosialisasi ini dilakukan jauh-jauh hari agar sekolah dan siswa dapat mempersiapkan diri dengan baik. “Kami berharap sekolah dan siswa saling mengingatkan agar seluruh tahapan pendaftaran, mulai dari registrasi hingga finalisasi, dapat dipenuhi dengan baik. Ini penting untuk menghindari kasus-kasus gagal seleksi atau kendala teknis lainnya,” ujarnya.
Keketatan Program Studi Tetap Tinggi
Prof. Imam mengungkapkan bahwa keketatan program studi di semua jalur seleksi—SNBT, SNBP, dan mandiri—masih sama dengan tahun sebelumnya. Program studi eksakta seperti Kedokteran, Kedokteran Gigi, Teknik Informatika, Teknik Industri, dan Farmasi tetap menjadi favorit dan paling kompetitif. Sementara itu, program studi sosial humaniora seperti Hukum, Akuntansi, Psikologi, dan Manajemen juga tetap diminati oleh calon mahasiswa.
“Secara umum, distribusi peminat program studi tidak banyak berubah. Program studi eksakta masih didominasi oleh bidang kesehatan dan teknik, sementara sosial humaniora tetap diminati di bidang hukum dan bisnis,” jelasnya.
Kuota Mahasiswa Tidak Berubah
Terkait kuota penerimaan mahasiswa baru, Prof. Imam menyatakan bahwa persentasenya tidak berubah dari tahun sebelumnya. “Kuota penerimaan mahasiswa baru di UB masih sama, yaitu 20% untuk SNBP, 30% untuk SNBT, dan 50% untuk jalur mandiri,” jelasnya. Hal ini menunjukkan komitmen UB untuk tetap memberikan kesempatan yang adil bagi calon mahasiswa melalui berbagai jalur seleksi.
Program Studi Baru: Bioinformatika dan Industri Peternakan Cerdas
Universitas Brawijaya juga tengah mempersiapkan dua program studi baru, yaitu Bioinformatika dan Industri Peternakan Cerdas. Kedua program studi ini diusulkan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan di era digital dan industri 4.0. “Kami sedang mematangkan konsep dan kurikulum untuk kedua program studi ini. Rencananya, kami akan meluncurkannya dalam waktu dekat, meskipun tidak tahun ini karena masih banyak tahapan yang harus dipenuhi,” ungkap Prof. Imam.
Bioinformatika diproyeksikan menjadi program studi yang menggabungkan ilmu biologi, teknologi informasi, dan analisis data. Sementara itu, Industri Peternakan Cerdas akan fokus pada penerapan teknologi canggih dalam bidang peternakan, seperti Internet of Things (IoT) dan artificial intelligence (AI). Kedua program studi ini diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang siap bersaing di pasar kerja global.
Dengan berbagai penyesuaian dan persiapan yang telah dilakukan, Universitas Brawijaya optimis dapat menghadapi SNPMB 2025 dengan baik. Prof. Imam berharap, calon mahasiswa dapat memanfaatkan informasi yang telah disosialisasikan dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. “Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan kesempatan terbaik bagi generasi muda Indonesia,” tutupnya.(fan/abl)