KANAL24, Malang – Penanggulangan bencana di Indonesia masih belum efektif. Diungkapkan oleh Wignyo Adiyoso, S.Sos., MA.,Ph.D pada kuliah tamu hari ini (30/9/2019) di Pascasarjana UB.
“Selama ini, Kita masih sangat kurang. Banyak pengambil kebijakan yang masih belum memahami terkait dengan pentingnya penanggulangan bencana, untuk memasukkan program-program dan kebijakan ke dalam program pemerintah,”terang Wignyo.
Masyarakat dinilai juga masih kurang mengenai pemahaman penanggulangan bencana. Intinya, masih belum optimal dalam penanggulangan bencana dan kapasitas sdm padahal potensi ancaman bencana itu nyata.
Mantan ketua SMPT UB (saat ini Presiden EM UB) itu menjelaskan, bahwa 3 point penting tentang penanggulangan bencana saat ini sudah masuk ke dalam RPJMN 2020-2024, yakni isu penanggulangan bencana atau manajemen bencana masuk kedalam satu agenda pembangunan yang itu belum pernah terjadi sebelumnya, isu ini menjadi prioritas nasional selama 5 tahun kedepan.
Kemudian, didalam pembangunan sektor misalnya pengembangan wilayah wajib untuk memasukkan isu penanggulangan bencana didalam suatu pendekatan kewilayahan. Memasukkan penanggulangan dalam sektor infrastruktur. Banyak sekali hal-hal yang terkait dengan infrastruktur harus bisa mencegah atau mengurangi resiko bencana.
“Yang paling penting, kita harus memasukkan isu bencana dalam satu keterbatasan pembangunan, itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Maksudnya, ketika kita membangun kita harus memperhatikan aspek-aspek seperti lingkungan. Kita tidak boleh membangun tanpa mememikirkan aspek lingkungan. Jadi, ini merupakan rancangan teknokratik. Nanti diharmonisasi dengan janji-janji presiden dan nanti ketika sudah diketok palu, itu akan menjadi UU dan akan diimplementasikan,” jelas alumni FIA UB.
Wignyo berharap, apa yang sudah dimasukkan ke dalam dokumen perencanaan diimplementasikan oleh berbagai pihak. Masalah komitmen pemerintah dan parlemen, termasuk swasta dan dunia pendidikan saling berkoordinasi dan melakukan revitalisasi terkait dengan kelembagaan dan komitmen pendanaan. Karena, sekarang ini alokasi pendanaan untuk penanggulangan bencana masih sangat kecil. Kemudian, memajukan penelitian dan pendidikan kesadaran masyarakat juga menjadi hal penting.
“Saya senang banyak yang hadir di kuliah tamu ini, yang mana bukan hanya dari mahasiswa tapi juga dari Pemda dan organisasi kemasyarakatan. Ini forum yang sangat baik dalam rangka untuk menyebarkan literasi bencana dan menjadi forum diskusi berbagai pihak untuk melihat dan mendiskusikan terkait dengan kebencanaan yang ada di Indonesia,” pungkas putra Nganjuk tersebut.(meg)