Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, M.Si.*
Saat Anda berjalan mungkin ada kalanya terjatuh karena tersandung oleh kerikil atau batu dan benda lainnya. Saat Anda bersepeda, juga mungkin anda pernah terjatuh. Saat mencintai sesuatu mungkin anda tersakiti yang menyebabkan luka, saat membenci pun anda mungkin pula pernah terluka.
Setiap orang tentu punya pengalaman jatuh dan kemudian terluka. Pertanyaannya, di saat Anda terjatuh, apakah anda akan berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan lagi ?. Ataukah Anda akan tetap bangkit, berjalan kembali dan anda menikmati rasa sakit pada luka itu ?. Ini adalah sebuah pilihan.
Kawan, ternyata dari luka itu kita belajar tentang kehati-hatian, belajar tentang kesabaran dan belajar tentang kepasrahan. Pada luka yang membekas kita mencoba melakukan intropeksi diri. Mungkin hati kita merasakan sakit dan mencoba menahan kepedihan atas luka itu. Namun pada sesaat lagi kita mungkin juga tersenyum kala mengingat-ingatnya kembali sebab nusabab adanya luka itu. Kita mungkin baru tersadar saat menikmati luka yang itu, ternyata bisa mengantarkan pada level yang lebih baik, yaitu penerimaan atas peristiwa yang menyebabkab luka itu.
Luka fisik mungkin mudah untuk diobati. Tapi luka hati akan sangat sulit disembuhkan. Hati ibarat cermin, sekali ia retak maka akan hancur berkeping-keping dan sulit untuk dikembalikan seperti semula. Jika luka fisik bisa diamati secara kasat mata (observe). Tetapi tidak dengan Luka Hati (psikologis dan perasaan) kita. Luka itu tak tampak (un-observe).
Pertanyaannya, mana yang lebih kuat dan bertahan lama antara luka fisik dan luka hati/perasaan ?. Jika luka fisik mungkin bisa jadi disebabkan karena sentuhan antar benda. misal, tangan, kaki dan benda-benda lainnya. Maka luka hati seringkali disebabkan oleh kata-kata sikap dan perilaku yang bersentuhan dengan perasaan dan hati kita.
Jadi, kenapa ada luka hati ?. Seseorang terluka hati, mungkin bisa jadi terlalu Mencintai sesuatu. Sehingga pada saat apa yang ia cintai tidak sebagaimana ekspektasi/ harapan dirinya, maka yang terjadi adalah sakit hati, hatinya merasa terluka.
Karena itu nabi mengajarkan kepada kita saat mencintai sesuatu agat seperlunya saja, demikian pula jika kita membenci sesuatu juga seperlunya saja. Karena segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik pada ujungnya. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا
“Cintailah yang kamu cintai sewajarnya, karena boleh jadi suatu hari ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai.” (HR Tirmidzi)
Setiap yang berlebihan akan membutakan mata dan rasionalitas. “Cinta buta” hanya akan menutup pandangan kritis atas kelemahan dan kesalahan pada apa yang kita cintai. Demikian pula dengan “benci buta” hanya akan menutup kebenaran atas apa yang ada padanya. Cukup berlakulah adil dan proporsional. Sikapi semyanya secara sewajarnya, sehingga Kalaupun kita terjatuh atas sebuah pilihan, maka tidak akan memberikan bekas luka yang mendalam.
Demikian pula dalam interaksi dengan orang lain, berinteraksi lah sewajarnya saja. Cinta Dan Benci, senang dan sedih adalah alamiyah untuk dilalui. Sesuatu yang berlebihan pada keduanya, hanya akan berujung pada luka hati.
Luka Hati bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor yang pertama disebabkan oleh, pertama, diri kita sendiri atau oleh orang lain Jika oleh diri kita sendiri bisa jadi disebabkan karena terlalu cinta atau sedih. Sementara yang disebabkan oleh orang lain, boleh jadi adalah sebab hasad iri dengki ataupun kezaliman yang dilakukan oleh orang lain.
Atas beberapa faktor ini, maka untuk hal yang disebabkan oleh diri sendiri, Rasulullah SAW memberikan arahan agar bersikap sewajarnya saja mencintai dan membenci secara sederhana. Jangan terlalu berlebihan dalam menyenangi dan mencintai sesuatu, termasuk juga jangan terlalu berlebihan dalam membenci sesuatu, karena pada saat sesuatu tersebut tidak sesuai harapan atau ekspektasi maka hanya akan mengakibatkan luka di hati.
Sementara untuk luka yang disebabkan oleh orang lain, maka patutlah kita pahami bahwa hasud, iri, dengki ataupun kezaliman sejatinya menguntungkan diri kita kelak di akhirat. Karena orang yang berbuat demikian, ibarat halnya dia membersihkan kotoran di belakang punggung kita. Dia adalah orang yang terbaik bagi masa depan diri kita karena dia bersedia memberikan kebaikannya untuk kita dan membersihkan dosa-dosa kita disaat kita tidak mampu kembali lagi melakukan kebaikan. Karena dia yang kelak secara ikhlas mengambil dosa-dosa kita secara ikhlas. Untuk itu, pada-faktor sebab yang kedua ini yaitu luka yang disebabkan oleh orang lain maka bersabarlah, cukup senyumin saja.
Luka itu bukan untuk dipelihara, tapi harus segera disembuhkan. Memelihara luka sama halnya dengan memelihara rasa sakit dan memperpanjang masa kesedihan. Sementara kesedihan yang berlangsung lama dan terus menerus tentu akan mempengaruhi terhadap kualitas imun dan ketahanan hidup seseorang. Pikiran akan terganggu bahkan hal demikian akan mengundang sakit secara fisik.
Menurut hasil penelitian terdapat beberapa penyakit yang berhubungan langsung disebabkan karena pikiran atau Hati Yang Terluka. Seseorang yang mudah stres dan memelihara perasaan itu dia akan mudah terkena gangguan pencernaan. Jika orang suka marah maka akan mengurangi sistem imun tubuhnya. Jika seseorang memendam rasa dendam maka dia akan mudah terkena serangan jantung, kolesterol tinggi, asam urat dan stroke.
Seorang yang menyimpan perasaan penuh khawatir maka ia akan mudah terkena nyeri punggung. Jika seseorang mudah tersinggung maka dia akan mudah terserang penyakit insomnia, susah tidur. Jika seseorang memiliki rasa takut yang berlebihan maka dia akan mudah terserang ginjalnya. Jika seseorang sering memelihara emosi tinggi, maka dia mudah terjangkit hepatitis. Jika seseorang mudah kebingungan dan memelihara sikap ini, maka dia akan mudah terserang penyakit di tulang belakang . Jika seseorang suka bernegatif thinking berpikiran negatif pada apapun dan siapapun, maka dia akan mudah terjangkit penyakit maag. Demikian pula jika seseorang suka meremehkan orang lain, maka Dia akan lebih mudah terjangkit penyakit diabetes.
Untuk itu setiap ada luka, segeralah dibersihkan lukanya, carilah obat untuk menyembuhkannya. luka hati obatnya adalah kesabaran, ketawakalan dan penerimaan serta keikhlasan. Demikianlah Allah SWT mengajarkan kepada kita melalui FirmanNya :
{ وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ }
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,[Surat Al-Baqarah: 45]
Ayat ini menegaskan pada kita bahwa di saat kita menghadapi masalah dan ada luka hati, maka bersabarlah, kuatkanlah kesabarannya, tambahkan lagi kesabaran itu, dan datangilah shalat. Karena keduanya itu akan menenangkan dan menyembuhkan Hati Yang Terluka. Jika anda lupa datangilah Allah karena Allah adalah tempat untuk kembali. Allah yang memberikan penyakit, luka dan Allah pula yang akan mengobatinya.
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir al Afkar Tlogomas Malang.