KANAL24, Lombok – Bisa tetap bertahan selama 15 generasi tentu sesuatu yang luar biasa. Itulah Desa Sade yang terletak di Kecamatan Pujut Lombok Tengah sekitar 30 menit dari Bandara Internasional Lombok Praya.
Desa Sade merupakan desa adat yang masih tersisa dengan segala rupa mulai dari rumah, adat istiadat, pola perkawinan dan pekerjaan yang masih dipertahankan secara turun temurun.
Bentuk rumah masih sesuai dulu beratap ilalang dari berdinding kayu. Beberapa rumah masih berlantai tanah.
“Jumlah rumah sebanyak 150 dengan 150 kepala keluarga,” kata Ading lokal guide dari Basmalah Utama Tour Rabu (8/10/2019).
Ketika masuk pengunjung akan disambut dengan tari paserean di halaman rumah kepala kampung yang berdampingan dengan balai tempat musyawarah.
“Tari ini menggambarkan ketangguhan prajurit kerajaan Lombok di masa lalu dan menguji ketangguhan setiap laki-laki di desa,” lanjut Ading.
Setelah itu pengunjung bisa berkeliling ke rumah penduduk untuk melihat berbagai rumah, kerajinan, kopi dan juga melihat proses menenun yang menjadi keseharian para wanita Sade.
Selain rumah ada juga balai pertemuan, masjid dan rumah untuk pasangan yang baru menikah. Di Sade terkenal dengan budaya kawin culik ketika mau menikah.
Mata pencaharian penduduk Sade adalah bertani, namun dengan tabah yang tadah hujan maka panen hanya setahun sekali. Hasil padi tidak dijual ke luar namun untuk konsumsi internal warga yang di simpan di beberapa lumbung.
Diluar bertani penduduk Sade yang laki-laki banyak membuat cinderamata dan yang perempuan menenun. Disini perempuan tidak boleh bekerja diluar sehingga menenun menjadi pilihan bagi mereka. Sejak usia 9 tahun mereka sudah di ajari untuk menenun kain khas Lombok.
Hasil kain dan cinderamata banyak dipajsmg di setiap rumah untuk para wisatawan.
Hasil pertanian, menenun dan membuat cinderamata menjadi salah satu kearifan lokal desa Sade di tengah kemajuan jaman. (sdk)