KANAL24, Malang – Ingin menjadikan bisnis bukan hanya berfokus pada keuntungan tetapi juga regenerasi petani khususnya petani kopi, dua mahasiswa Administrasi Bisnis FIA UB, Rahmat Alfiansyah dan rekannya Muhammad anugrah Ramadhan membuat platform kakopi.id. Kakopi merupakan crowd funding and e-commerce yang membantu mensejahterakan petani-petani kecil kopi dan kakao.
“Latar belakang kita, melihat data di Indonesia tingkat konsumsi kopi meningkat 6-7 persen per tahun tetapi, produktivitas kopi menurun. Akhirnya kita cari tahu, di hulu masih banyak petani yang belum sejahtera. Kita ketemu Dimas petani kopi yang dulu punya 10 ha lahan pertanian kopi sekarang beralih dengan bertani salak, yang kopi hanya tinggal 1 hektar,”ungkap Alfian.
Lebih lanjut, Alfian menuturkan dari riset yang telah dilakukan, petani mengungkapkan bahwa hasil kopi tidak menguntungkan lagi, harga dari dulu tidak ada perubahan walaupun ada hanya sedikit. Ternyata, penyebabnya adalah middle man atau tengkulak. Arabica yang harusnya lebih mahal disbanding robusta, didaerah tersebut justru berbanding terbalik dikarenakan tengkulak mengatakan bahwa kopi harusnya pahit bukan asam, rasa asam adalah produk yang gagal. Akhirnya, petani hanya memproduksi jenis robusta padahal dilihat dari ketinggian tempat, sudah bisa untuk menanam Arabica dan hasilnya pasti bagus juga.
Dipasar, petani hanya menjual kopi kepada pengepul yang mereka tahu atau kenal sedangkan pengepul itu tidak bisa memakmurkan. Harga beli kopi yang ditawarkan kisaran 20-27 ribu per kg untuk kopi kualitas bagus. Sedangkan kualitas rendah diberi harga 17 ribu per kg, dengan adanya kakopi, dapat menjadi pilihan bagi petani untuk menjual hasil kopinya, dengan selisih harga beli 10-15 persen lebih tinggi.
“Kita beli kopi dari petani awalnya green bean, setelah itu bekerja sama dengan mitra roaster, kopi-kopi tersebut diroasting, packaging dan bisa dikonsumsi oleh customer. Kita ingin petani juga punya produk sendiri. Setelah terjaul, kami berikan royalti kepada petani karena di produk kopi juga menggunakan nama petani tersebut,” jelas Anugrah.
Harga kopi yang dijual untuk robusta kita jual 37-42 ribu per 250gr dari harga pasar 35-40, sedangkan arabica dijual dari harga 65-67 ribu per 250 gr dari harga pasar 60-70 ribu. Harga jual sedikit mahal karena waktu beli ke petani juga dengan harga yang sedikit mahal. Selain bisnis, kakopi juga melakukan empowerment kepada petani-petani tentang harga pasar. Sehingga, petani tidak mudah dimainkan oleh tengkulak lagi. Petani mitra kakopi adalah petani kopi dari Sumber tangkil, lembah arjuno, Sukodono Dampit dan akan terus bertambah.
“Harapannya kita menjadi pilihan lain bagi petani dengan harga yang beli yang lebih kompetitif. Kalau ada kita mungkin jadi ancaman bagi tengkulak sehingga tidak berani lagi main harga dan juga kita harap kedepan ada regenerasi petani kopi. Lalu, kakopi terus tumbuh dari segi bisnis, dan banyak orang yang mulai tahu tentang kakopi, banyak mengunjungi social media sama website kita,” tambah mahasiswa semester 7 itu. (meg)