Kanal24, Malang — Memberikan edukasi kepada mahasiswa tentang lembaga-lembaga keuangan negara menjadi langkah penting dalam mencetak generasi ekonomi yang paham akan stabilitas sistem keuangan nasional. Salah satu lembaga vital yang perlu dipahami secara mendalam adalah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yang memiliki peran krusial dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan literasi mahasiswa terhadap fungsi dan peran LPS, Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) menyelenggarakan Guest Lecture bertajuk “Peran Lembaga Penjamin Simpanan dalam Menjaga Stabilitas Keuangan”, Kamis (22/5/2025). Acara yang digelar di Auditorium FEB UB ini menghadirkan langsung Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, sebagai narasumber utama.
Dalam paparannya, Purbaya menekankan pentingnya kolaborasi antara LPS dan dunia akademik, termasuk Universitas Brawijaya, untuk memperkuat literasi keuangan di kalangan generasi muda.
“Ketika pertama kali datang ke Brawijaya, saya berharap bisa mempererat kerja sama antara LPS dan Brawijaya. Saya ingin mahasiswa Brawijaya memahami secara mendalam fungsi-fungsi LPS, dan ke depannya, lebih banyak lulusan Brawijaya bisa berkarya di LPS,” ujar Purbaya.

Purbaya juga menguraikan berbagai tantangan dan langkah strategis yang diambil LPS dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional, terutama di era digital yang penuh dengan risiko keamanan siber. Ia mengungkapkan bahwa LPS telah berinvestasi lebih dari Rp12 miliar untuk memperkuat sistem teknologi informasi dan pengamanan data.
“Dunia digital ini penuh dengan risiko, terutama dari para peretas. Karena itu, kami berinvestasi besar-besaran untuk membangun sistem IT dan keamanan data yang mumpuni. Sekarang, kami menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia dalam hal ini,” tegasnya.
Selain itu, Purbaya juga memaparkan kondisi sektor perbankan nasional saat ini yang dinilai stabil, setelah sempat mengalami kekhawatiran pada akhir tahun lalu. Ia menjelaskan bahwa LPS sebelumnya telah menyiapkan dana intervensi sebesar Rp15 triliun untuk mengantisipasi potensi krisis. Namun, dengan perbaikan signifikan sejak awal tahun 2025, dana tersebut kini cukup ditekan menjadi sekitar Rp1-2 triliun untuk kebutuhan operasional.
“Saya tidak terlalu khawatir lagi dengan kondisi perbankan kita. Saat ini, hanya satu BPR kecil yang mengalami masalah hingga April 2025. Tahun-tahun sebelumnya, biasanya ada enam hingga tujuh yang jatuh. Ini menunjukkan kondisi yang jauh lebih baik,” jelasnya.
Melalui kegiatan ini, Purbaya berharap mahasiswa dapat memahami lebih luas bagaimana sistem keuangan bekerja dan risiko-risiko yang mengiringinya. Edukasi semacam ini, menurutnya, sangat penting untuk meningkatkan literasi keuangan nasional, yang menurut data terakhir sudah mencapai lebih dari 60 persen—angka yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.(Din/Yor)