Kanal24, Malang – Perubahan pola pikir generasi muda terhadap sektor pertanian menjadi perhatian utama tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB). Dipimpin oleh Audina sebagai ketua tim, inovasi riset mereka mengangkat tema “Dilema Generasi Z di Sektor Pertanian” dengan pendekatan berbasis teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow.
Awalnya, ide riset mereka berjudul eksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi minat karier generasi muda di bidang pertanian. Namun, demi menjangkau audiens yang lebih luas dan menyesuaikan dengan isu-isu terkini, judul tersebut disederhanakan menjadi lebih provokatif dan reflektif: dilema. Fokus utama dari penelitian ini adalah mengungkap faktor kebutuhan apa yang paling signifikan memengaruhi keputusan generasi Z dalam memilih atau meninggalkan karier di dunia pertanian.
Baca juga:
Menuju PIMNAS 2025, UB Gelar Konsinyering Finalisasi Proposal PKM
“Tenaga kerja di sektor pertanian terus menurun, padahal kita semua makan setiap hari. Sektor ini sifatnya sangat urgent,” ujar Audina saat diwawancarai. “Kita gunakan teori Maslow karena dari situ kita bisa mengkaji secara sistematis kebutuhan generasi Z, dari fisiologis hingga aktualisasi diri. Mana yang paling dominan mendorong atau menghambat mereka memilih karier di pertanian,” lanjutnya.
Riset ini menggunakan studi kasus dari Program Hias—sebuah program kolaboratif antara pemerintah Indonesia dan lembaga internasional Syngenta Foundation for Sustainable Agriculture (SFSA). Program ini sejatinya bertujuan menarik minat generasi muda untuk terjun langsung ke bidang pertanian, namun efektivitasnya masih perlu dikaji lebih lanjut.
“Dari Program Hias, kita bisa evaluasi apakah program semacam ini sudah menjawab kebutuhan generasi Z. Kalau belum, faktor mana yang harus diperkuat? Apakah aspek fisiologisnya, rasa aman, atau justru aktualisasi dirinya?” jelas Audina.
Melalui pendekatan ini, tim berharap dapat memberikan acuan konkret bagi penyusunan program pemerintah ke depan. Jika faktor kebutuhan yang paling dominan telah diketahui, maka program-program baru dapat disesuaikan dan difokuskan untuk menjawab kebutuhan tersebut, terutama dalam mendorong regenerasi petani dari kalangan muda.
Selain riset mendalam dan penulisan proposal, tim juga menyiapkan soliditas internal untuk menghadapi persaingan di PKM. “Penelitian itu butuh komitmen jangka panjang. Karena itu, bonding antaranggota tim jadi prioritas kami,” kata Audina.
Baca juga:
Psikoedukasi UB Bimbing Siswa SMPN 10, Rancang Masa Depan Sejak Dini
Tim juga optimis bahwa hasil riset mereka akan menjadi rekomendasi kebijakan yang berdampak luas. Harapan mereka tidak hanya lolos hingga tahap nasional, tapi juga mampu menyumbangkan solusi konkret terhadap krisis regenerasi tenaga kerja di pertanian Indonesia.
“Kalau manusia masih makan, maka pertanian tetap penting. Dan kami ingin generasi Z melihat sektor ini bukan sebagai pilihan terakhir, tapi sebagai lahan aktualisasi diri yang menjanjikan,” pungkas Audina penuh semangat. (nid/rey)