Kanal24, Malang – Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) Universitas Brawijaya (UB) melaksanakan Pembekalan Tahap 4 Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 2025 pada Kamis (26/06/2025). Kegiatan ini menjadi titik akhir dari rangkaian pembekalan yang telah diberikan kepada sekitar 400 mahasiswa peserta MMD sebelum mereka diberangkatkan ke desa-desa mitra di awal Juli mendatang.
Wakil Ketua Pelaksana MMD Filkom 2025, Mochamad Chandra Saputra, S.Kom., M.Eng., M.T., menyampaikan bahwa pembekalan tahap keempat ini memiliki peran strategis sebagai pemantapan akhir, baik dari segi kesiapan program kerja, administrasi keberangkatan, hingga koordinasi teknis dengan dosen pembimbing lapangan.
Baca juga:
Filkom UB Kirim 790 Mahasiswa Bangun Desa
“Tujuannya untuk memantapkan program kerja mahasiswa yang disusun berdasarkan topik-topik keilmuan komputer. Pada tahap ini, kami juga menguatkan koordinasi keberangkatan dan administrasi yang dibutuhkan. Harapannya, mahasiswa jadi lebih yakin dan terfokus saat menjalankan program di desa,” jelas Chandra.
Yang membedakan pembekalan kali ini dari sebelumnya adalah keterlibatan praktisi-praktisi internal dari bidang komputer yang membagikan pengalaman dan solusi aplikatif kepada para peserta. Jika di tahap awal pembekalan mengangkat tema umum seperti etika di desa dan perkenalan program, maka tahap ini sepenuhnya diarahkan untuk teknis pelaksanaan program kerja dan dampak riil yang diharapkan.
Salah satu pemateri dalam sesi pembekalan ini adalah Welly Purnomo, S.T., M.Kom., yang membawakan materi bertajuk “Internet Offline untuk Daerah Terpencil”. Ia memperkenalkan konsep yang terinspirasi dari pemikiran Prof. Onno Purbo mengenai akses pendidikan tanpa internet.

“Prinsipnya kita buat server lokal berisi konten pendidikan seperti LMS, Wikipedia, dan buku PDF dari Kemendikbud. Server ini bisa digunakan di sekolah-sekolah pelosok yang tak punya akses internet. Mahasiswa bisa menerapkan ini sebagai solusi nyata saat MMD,” ujar Welly.
Ia juga membagikan pengalaman teknis saat menyiapkan sistem tersebut, termasuk tantangan kompatibilitas perangkat keras dan solusi bootloader untuk perangkat baru. Menurutnya, tantangan teknis seperti ini justru akan menjadi bekal berharga bagi mahasiswa dalam menerapkan teknologi langsung di lapangan.
Lebih jauh, Welly menekankan bahwa keikutsertaan mahasiswa dalam MMD bukan hanya sebagai kewajiban akademik, melainkan peluang untuk memberikan dampak konkret di masyarakat. Ia menyampaikan pentingnya keberadaan mahasiswa dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat desa.
“Beberapa desa mengeluh karena program mahasiswa tidak terasa dampaknya. Jadi penting sekali bagi mahasiswa untuk memikirkan manfaat nyata yang bisa dirasakan. Bukan hanya datang, tinggal, lalu pergi. Tapi meninggalkan pengaruh positif,” tambahnya.
Sementara itu, Chandra juga mengakui bahwa penyelenggaraan pembekalan kali ini menghadapi sejumlah tantangan. Di antaranya adalah benturan jadwal dengan Ujian Akhir Semester (UAS) serta hari libur nasional, yang membuat koordinasi dan kehadiran mahasiswa menjadi lebih kompleks.
“Tantangan lainnya adalah menyatukan mahasiswa dari berbagai program studi dalam satu kelompok. Mereka harus cepat beradaptasi dan solid, karena program MMD mengharuskan kerja sama lintas bidang,” ungkapnya.
Meski begitu, Chandra optimistis bahwa pembekalan kali ini jauh lebih matang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena panitia belajar dari pengalaman dan terus meningkatkan kualitas perencanaan serta pelaksanaan.
Baca juga:
Capstone Project Teknik Informatika Filkom UB Tampilkan Inovasi Mahasiswa Berbasis AI
Di akhir kegiatan, ia berharap agar seluruh peserta bisa memanfaatkan keilmuan komputer yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di desa secara nyata. “Kita ingin teknologi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat desa, bukan sekadar jadi proyek laporan,” pungkasnya.
Dengan bekal teknis, pemahaman etika sosial, dan semangat kontribusi, para mahasiswa Filkom UB siap diterjunkan ke desa-desa untuk membawa perubahan melalui Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 2025. Program ini menjadi bukti nyata bahwa teknologi bisa menjangkau hingga pelosok, asalkan dibawa dengan niat membangun dan keberpihakan pada masyarakat. (nid)