Kanal24, Malang – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) berkomitmen dalam membangun masyarakat melalui pengabdian berbasis pendidikan. Sebanyak 604 mahasiswa diberangkatkan mengikuti Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) ke Kabupaten Bojonegoro, Rabu (2/7/2025). dalam sebuah pelepasan yang dilakukan langsung oleh Rektor UB Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., didampingi Dekan Fapet Prof. Dr. Ir. Muhammad Halim Natsir, S.Pt., MP., IPM., ASEAN Eng., serta jajaran pimpinan fakultas.
KKN-T adalah bentuk pengabdian masyarakat berbasis ilmu pengetahuan yang menjadi bagian dari pembelajaran mahasiswa di luar kampus. Program ini merupakan implementasi kurikulum yang mendekatkan mahasiswa pada persoalan riil di masyarakat, sekaligus membekali mereka dengan kemampuan adaptasi, empati, serta kolaborasi lintas sektor.
Terjun ke Empat Kecamatan
Ketua Pelaksana KKN-T Fapet UB, Dr. Eko Nugroho, menjelaskan bahwa Bojonegoro dipilih sebagai lokasi kegiatan karena potensinya yang besar dalam sektor peternakan. Para mahasiswa akan disebar ke empat kecamatan, yaitu Tambakrejo, Ngambon, Gayam, dan Ngasem.
“Mahasiswa akan didistribusikan ke 18 desa di Kecamatan Tambakrejo, 12 desa di Gayam, 4 desa di Ngambon, dan 6 desa di Ngasem. Setiap kelompok terdiri dari 15 sampai 16 orang mahasiswa,” terang Eko.
Ia menambahkan bahwa KKN-T ini bukan hanya sekadar program lapangan, namun juga sarana nyata penerapan keilmuan peternakan secara langsung dalam konteks lokal. Program-program yang dibawa mahasiswa akan berfokus pada peningkatan produktivitas peternak, kesehatan hewan, pakan ternak, hingga manajemen kandang.

Sinergi Ilmu dan Masyarakat
Dekan Fapet UB, Prof. Halim Natsir, menekankan pentingnya pengalaman ini sebagai bagian dari capaian pembelajaran lulusan. Ia menyebut bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu di tengah masyarakat merupakan indikator penting kesiapan kerja mereka.
“Mahasiswa yang sudah belajar di kelas dan berorganisasi di kampus, kini dihadapkan pada tantangan sesungguhnya. Ini bukan sekadar praktik, tetapi pembelajaran hidup,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya kemampuan komunikasi yang efektif antara mahasiswa dan peternak lokal. “Peternak di sana sebenarnya sudah pintar, tinggal bagaimana mahasiswa mampu membangun komunikasi dua arah. Transfer ilmu yang tepat akan menjadi kunci keberhasilan program ini,” imbuhnya.
Menurutnya, sebagian besar lulusan Fapet UB nantinya akan bekerja sebagai tenaga teknis di lapangan seperti Technical Service. Maka pengalaman ini adalah bekal penting agar mereka lebih siap menghadapi realitas pekerjaan yang sesungguhnya.
Pesan Rektor : Kampus Tak Sekadar Menara Gading
Sementara itu, Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, menyampaikan harapannya agar KKN-T tidak hanya menjadi formalitas akademik, tetapi benar-benar menjadi medium transformasi sosial.
“KKN ini harapannya menjadi bagian penting menunjukkan bahwa universitas itu tidak hanya menjadi menara gading. Pengetahuan yang dikembangkan di kampus harus menyatu dan menjawab kebutuhan masyarakat,” tegasnya.
Ia mendorong mahasiswa untuk menjadikan teknologi sebagai alat yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Menurutnya, teknologi dan ilmu pengetahuan harus diterjemahkan secara konkret di lapangan agar benar-benar memberi dampak.
Kegiatan ini menuntut mahasiswa tidak hanya menjadi pembelajar pasif di dalam kelas, tetapi juga agen perubahan sosial. Selain itu, mahasiswa Fapet UB ditargetkan mampu mengidentifikasi masalah peternakan di desa, dan mampu menyusun solusi berbasis pendekatan ilmiah dan budaya lokal. Interaksi langsung ini diharapkan memperkuat kepekaan sosial dan memperluas wawasan praktis mahasiswa sebagai calon profesional di bidang peternakan.
“Universitas bukan hanya tempat belajar teori, tetapi laboratorium sosial yang hidup. Dan KKN-T adalah salah satu buktinya,” pungkas Prof. Widodo.(Din)