Kanal24, Malang — Dalam dunia kuliner, meracik bumbu bukan sekadar mengikuti resep, melainkan juga seni dalam menyeimbangkan rasa. Namun, tahukah Anda bahwa tidak semua bumbu dan rempah bisa dicampur secara sembarangan? Kesalahan mencampur bumbu bisa berakibat pada hilangnya karakter rasa hingga menciptakan kombinasi rasa yang saling bertabrakan.
Melansir Home Grown Herb Garden, Kamis (26/6/2025), kombinasi bumbu yang tidak tepat bisa membuat rasa masakan menjadi kabur atau bahkan gagal total. Sebab, setiap bumbu memiliki profil rasa unik yang bisa saling melengkapi atau sebaliknya, saling meniadakan.
“Contohnya, kunyit yang punya rasa lembut sebaiknya tidak dicampur dengan jahe segar. Kombinasi ini berpotensi saling menutupi dan menghilangkan keunikan rasa satu sama lain,” tulis laman tersebut.
Baca juga:
Malang Djadoel 2025: Lestarikan Sejarah, Bangkitkan UMKM

Hindari Perpaduan Rempah Menyengat
Salah satu kesalahan paling umum dalam memasak adalah mencampurkan terlalu banyak rempah dengan rasa tajam. Rempah-rempah seperti jahe, bawang putih, bawang bombai, biji adas, cengkih, kapulaga, dan jintan dikenal memiliki karakter menyengat yang bisa mendominasi hidangan jika tidak digunakan dengan hati-hati.
Aroma kuat dari bumbu ini bisa menutupi rasa bumbu yang lebih ringan. Itulah sebabnya, penting untuk memahami bahwa tidak semua rempah menyengat cocok dikombinasikan dalam satu masakan.
Misalnya, saat bawang putih dipanggang utuh dalam umbi, rasanya menjadi manis dan lembut. Dalam kondisi ini, ia cocok dipadukan dengan rosemary. Namun, menambahkan jahe segar bisa menciptakan rasa yang bertabrakan. Sebaliknya, jika bawang putih digoreng bersama irisan jahe, keduanya justru bisa saling melengkapi. Di sinilah letak pentingnya memahami teknik memasak dan urutan penggunaan bumbu.
Bumbu Ringan: Tambahkan di Akhir
Bumbu-bumbu dengan rasa dan aroma yang ringan seperti daun ketumbar, basil, atau peterseli sebaiknya ditambahkan mendekati akhir proses memasak. Tujuannya adalah agar rasa dan aroma tidak menguap atau hilang akibat paparan panas yang terlalu lama.
Bumbu ringan bisa menjadi penyegar dan penyeimbang hidangan, apalagi jika digunakan sebagai garnish. Menggunakannya di awal hanya akan menyia-nyiakan potensi rasa yang mereka tawarkan.
Bumbu Segar vs Bumbu Giling: Mana Lebih Baik?
Dalam dunia dapur, perdebatan antara bumbu segar dan bumbu giling tak pernah usai. Spice Well, dalam laporannya pada 22 Juni 2025, menjelaskan bahwa bumbu segar umumnya lebih disukai para koki profesional karena aroma dan rasanya lebih kompleks, kaya, dan alami. Kandungan minyak esensial serta antioksidan dalam bumbu segar pun masih utuh, menjadikannya pilihan sehat.
Namun, bukan berarti bumbu giling tak layak pakai. Bumbu ini lebih praktis, tahan lama, dan cocok untuk memasak dalam waktu singkat. Kekurangannya adalah pada rasa yang lebih lembut dan kadang kehilangan nuansa asli dari bahan dasarnya.
Memilih antara bumbu segar atau giling tergantung pada kebutuhan dan cita rasa yang diinginkan. Untuk hidangan yang membutuhkan ketepatan rasa, bumbu segar lebih ideal. Tetapi jika mengutamakan efisiensi dan kecepatan, bumbu giling bisa menjadi solusi.

Baca juga:
Lima Kuliner Kambing Paling Nikmat di Malang
Kunci: Pahami Profil Rasa
Memasak bukan hanya soal resep, tapi juga pemahaman terhadap karakter bumbu dan bagaimana mereka berinteraksi dalam satu sajian. Bumbu yang tepat dalam jumlah yang pas, dan pada waktu yang tepat, akan menciptakan hidangan yang menggugah selera.
Maka dari itu, penting bagi setiap koki rumahan maupun profesional untuk bereksperimen dengan bijak dan terus belajar dari pengalaman rasa. Karena pada akhirnya, seperti halnya musik, memasak adalah soal harmoni — dan bumbu adalah nada-nadanya.
Dengan adanya campuran bumbu maka akan merubah segala cita rasa yang khas dan berbeda. (dpa)