Judul buku : Musafir Di Tanah Hindustan
Penulis : Jimmy Budiman
Jumlah Halaman : 224
Cetakan : Pertama, Januari 2025
Penerbit : Penerbit Padmedia Publisher – Garuda Regency M-60, Rewwin-Waru, Sidoarjo
KANAL24, Malang – Membaca buku catatan perjalanan yang ditulis dengan baik dan menarik itu seperti kita sedang melakukan perjalanan tanpa kita beranjak dari tempat kita berada. Karena kombinasi antara bacaan dan imajinasi ( theater of mind ) yang ada dipikiran kita membuat kita seolah-olah berada di tempat dimana penulis buku itu berada. Hal ini bisa terjadi jika penulisnya mampu membuat cerita yang menarik dari perpaduan destinasi atau tempat-tempat yang dikunjungi penulis, gaya penceritaannya yang deskriptif, reflektif, dan informatif,
Selain itu juga memasukkan nilai-nilai yang bersifat personal, historis, dan budaya.
Hal ini dapat saya rasakan ketika membaca buku karya Jimmy Budiman berjudul Musafir Di Tanah Hindustan yang diterbitkan oleh penerbit Padmedia, buku yang berisi kisah perjalanannya menjadi “backpacker” selama hampir sebulan di negara India. Dengan destinasi Kalkuta, Varanasi (sungai Gangga), Agra, Jodhipur, pegunungan Himalaya, Kashmir, New Delhi, dan kota-kota lainnya. Dari pembacaan buku ini ada empat hal yang bisa saya sampaikan sebagai benang merah dari kisah perjalanan Jimmy Budiman ini.
Yang pertama adalah narasi tentang destinasi, di berbagai kota itu pembaca bisa merasakan gaya penceritaan yang deskriptif dan informatif, dengan deskripsi tempat dan suasana yang detail kita bisa berasa ada di tempat itu, misal ketika menceritakan sungai Gangga yang setiap hari didatangi ribuan peziarah, untuk membersihkan diri dan memanjatkan doa. Selain itu area bantaran sungai Gangga juga digunakan umat Hindu sebagai tempat kremasi atau pembakaran jenazah ( Halaman l 28 ). Selain narasi deskriptif Jimmy juga menyertakan foto hasil jepretannya. Di berbagai tempat yang dikunjungi Jimmy selalu menyertakan foto-fotonya di dalam buku ini, sehingga memberi ruang imajinasi yang luas bagi pembaca saat membaca buku ini.
Selain itu buku ini juga informatif bagi para pembaca yang ingin melakukan traveling ( perjalanan ) ke India, karena Jimmy selalu menyertakan informasi-informasi letak dan jarak perjalanan jika menggunakan sarana bis atau kereta api. Seperti saat dia mau ke Agra untuk melihat Taj Mahal ( Halaman 36 )
Yang kedua adalah refleksi penulis ketika berada di India, saat mengunjungi sebuah tempat Jimmy tidak hanya menceritakan apa yang dilihat atau dialami, tapi juga mengaitkannya dengan perasaan, pemikiran, atau nilai-nilai yang direnungkannya saat itu. Ini membuat narasinya lebih sublim dan kontemplatif bagi pembacanya. Hal ini bisa saya rasakan ketika membaca tentang daerah Kashmir, negeri yang tercerai berai dengan 3 negara menguasai wilayah secara geografis. Pakistan mengontrol area barat laut, India wilayah tengah dan selatan, Republik Rakyat Tiongkok menguasai kawasan timur laut. Band rock legendaris Led Zeppelin pernah membuat mahakarya berjudul Kashmir, lagu yang mengenalkan ku pada negeri ini ( Hal. 100 ). Pertemuannya dengan Mujahidin yang berjuang untuk Kashmir merdeka Syaih Farhat juga menjadi catatan reflektif di buku ini. ( Halaman 112 )
Yang ketiga adalah narasi historisitas di dalam catatan perjalanan ini, Jimmy di setiap tempat-tempat yang dikunjunginya selalu memasukkan kisah sejarah yang ada di tempat dan bangunan tersebut. Seperti di Taj Mahal, Kashmir, Chinese Fishing Net, Fort Kochi, dan berbagai tempat lainnya. ( Halaman 209 ). Hal ini sangat penting agar pembaca selain menikmati kisah perjalanannya juga bisa belajar sejarah tentang konteks peristiwa dan tempat bangsa India di masa lalu. Sebagaimana kata George Santayana : Those who cannot remember the past are condemned to repeat it. Yang menekankan pentingnya sejarah bagi suatu bangsa, bahwa tanpa pemahaman terhadap masa lalu yang baik, bangsa tersebut akan rentan mengulangi kesalahan yang sama.
Yang keempat adalah penulis memasukkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang dikunjunginya sebagai bagian dari kisah perjalanannya, bukan sebagai bagian yang sekedar ada dalam sebuah tulisan, tapi menyatu dan berjalin kelindan hingga menjadi kesatuan narasi novelistik yang utuh. Mulai dari kebiasaan membunyikan klakson, keaneka ragaman kuliner, kesenjangan sosial miskin dan kaya, hingga budaya seperti tarian dan upacara religi para pemeluk berbagai agama. Hal ini bisa memberikan sebuah wawasan pengetahuan bagi para pembaca, terutama untuk menggali makna filosofisnya.
Jimmy berkisah dengan jujur di buku ini, dengan uang yang pas-pasan dia melakukan perjalanan menyusuri berbagai kota dan daerah di India, beruntung ada media sosial CouchSurfing yang bisa menghubungkan berbagai teman-teman yang ada di India, hingga bisa dibantu untuk menginap atau diantar ke penginapan yang murah. Sebenarnya nilai-nilai historis dan filosofi dari kehidupan masyarakatnya masih bisa digali lebih dalam lagi. Tapi secara keseluruhan buku ini menarik untuk dibaca, dan memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi dunia literasi khususnya buku-buku kisah perjalanan yang ditulis dengan gaya seperti menulis sebuah novel.(sdk)

Peresensi : Arif Gumatia Ketua Majelis Sastra Madiun
Arif Gumantia, lahir di Saradan Kabupaten Madiun 16 Agustus 1970. Masa-masa Sekolahnya di SD dan SMP di Saradan, sedangkan SMAnya di SMAN 1 Caruban, Kabupaten Madiun. Kuliah di jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, Malang angkatan tahun 1988.. Waktu kuliah aktif di Teater Botak MIPA Universitas Brawijaya Malang.
Esai-esainya tersebar di beberapa media, baik Media Cetak maupun Media Online. Buku Puisi-puisinya pernah diterbitkan dalam antologi dengan judul “Ziarah Kata” terbitan Majelis Sastra Bandung, Antologi “Cinta Gugat” Sastra Reboan, Jakarta, Dan Antologi “Cinta Yang Menyentuh Langit” Raditeens Publisher.