Kanal24, Lumajang – Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menunjukkan kontribusinya dalam pembangunan desa melalui program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 2025. Kali ini, Kelompok MMD 60 Desa Gucialit memperkenalkan teknik budidaya tanaman obat keluarga (TOGA) dengan metode kokedama kepada siswa-siswi SMP di Desa Gucialit, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Melalui kegiatan bertajuk “Workshop KOKOGA (Kokedama TOGA): Optimalisasi Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga dengan Metode Budidaya Kokedama”, mahasiswa memberikan edukasi dan pelatihan tentang bagaimana tanaman obat bisa menjadi solusi alami dalam meningkatkan gizi anak, sekaligus meningkatkan literasi kesehatan.
Baca juga:
Hidroponik & Biopori: Inovasi MMD UB untuk Warga Wonorejo
Kegiatan yang digelar pada Kamis, 24 Juli 2025 ini menyasar siswa kelas 9 SMP Negeri 1 Gucialit. Mereka diajak tidak hanya memahami manfaat tanaman obat secara teoritis, tetapi juga langsung mempraktikkan pembuatan kokedama — teknik menanam tanaman dalam bola tanah berlumut yang hemat ruang, menarik secara visual, dan cocok diaplikasikan di rumah.
“Saya melihat potensi besar dari tanaman obat yang ada di Desa Gucialit, tetapi pemanfaatan dan teknik budidayanya masih belum optimal. Padahal, tanaman ini bisa diolah menjadi lebih kreatif dan dapat dimanfaatkan sebagai peluang usaha,” ujar Nazwa, anggota tim MMD.
Usai sesi pelatihan, para peserta diberikan bibit tanaman obat seperti jahe, kunyit, dan sirih, beserta bahan untuk membuat kokedama, agar mereka bisa mencoba kembali di rumah. Antusiasme terlihat dari partisipasi aktif para siswa dalam merangkai kokedama sambil berdiskusi tentang manfaat tanaman yang digunakan.
Koordinator desa pun turut mengapresiasi kegiatan yang dinilai tidak hanya edukatif, tetapi juga solutif. “Tanaman obat yang selama ini hanya dijadikan hiasan bisa dimanfaatkan untuk kesehatan keluarga, terutama dalam mengatasi masalah stunting. Metode kokedama juga menarik karena bisa diterapkan di lahan terbatas,” ujarnya.
Menurutnya, mayoritas warga Desa Gucialit adalah petani yang memiliki akses langsung ke tanaman obat. Pelatihan seperti ini menjadi jalan pembuka bagi pemanfaatan tanaman lokal secara maksimal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama dalam aspek gizi anak.
Kegiatan ini juga merupakan bagian dari upaya mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dan tujuan ke-4 (Pendidikan Berkualitas). Dengan pendekatan yang kreatif dan partisipatif, mahasiswa UB tidak hanya membagikan ilmu, tetapi juga menginspirasi gaya hidup sehat yang menyenangkan bagi generasi muda desa.

“Harapan saya, siswa-siswi bisa lebih kreatif dalam memanfaatkan tanaman obat dan menerapkan metode kokedama di rumah. Selain untuk kesehatan, ini juga bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak,” pungkas Nazwa.
Didampingi dosen pembimbing Edriana Pangestuti, S.E., M.Si., DBA, program ini menjadi bukti nyata peran mahasiswa dalam menjembatani pengetahuan dari kampus untuk mengatasi persoalan riil di masyarakat. Melalui pelatihan kokedama TOGA, mereka tidak hanya menanam tanaman, tetapi juga harapan dan kesadaran akan pentingnya hidup sehat dari sumber daya lokal. (nid)