Kanal24 – Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing dinilai memiliki peran krusial sebagai penggerak utama akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data semester I-2025 menunjukkan porsi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai 45,9% dari total realisasi investasi nasional, menegaskan posisi strategis modal asing dalam pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi.
Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan bahwa data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2025 juga menegaskan investasi sebagai motor utama pertumbuhan. “Ketahanan investasi asing akan sangat ditentukan oleh permintaan global dan efektivitas stimulus domestik. Menjaga arus PMA bukan hanya soal masuknya dana, tetapi juga transfer teknologi, pendalaman rantai pasok, dan perluasan basis ekspor,” ujarnya, Selasa (12/8/2025).
Baca juga:
Blitar Naik Kelas dalam Inovasi Daerah, Kerja Sama UB Hantarkan Raih IGA 2024
Menurut Josua, langkah ini merupakan prasyarat agar target pertumbuhan 5% dapat bertahan tanpa membebani fiskal negara secara berlebihan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), PMTB pada kuartal II-2025 tumbuh 6,99% secara tahunan (year-on-year). Kenaikan ini didorong oleh belanja modal pemerintah yang melonjak 30,37% serta impor barang modal jenis mesin yang tumbuh 28,16%. Secara kontribusi, PMTB menyumbang 2,06% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II yang mencapai 5,12%.
Dari sisi komposisi PDB, PMTB menempati posisi kedua terbesar dengan porsi 27,83%, di bawah konsumsi rumah tangga yang mendominasi 54,25%. Peningkatan ini jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2025 yang hanya tumbuh 2,12% dan bahkan melambat dari kuartal IV-2024 yang mencapai 5,04%.
Baca juga:
Trauma Finansial Kerap Tak Disadari, Ini 5 Tanda yang Perlu Diwaspadai
Sementara itu, capaian pertumbuhan ekonomi 5,12% di kuartal II-2025 sedikit melampaui prediksi beberapa ekonom yang memperkirakan angka di bawah 5%. Pengamat ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P. Sasmita, menilai kinerja tersebut masih logis dan dapat diterima.
“Komponen pembentuk pertumbuhan seperti konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor masih menunjukkan stabilitas. Kenaikan tipis konsumsi rumah tangga ditopang oleh momen tahun ajaran baru yang memicu belanja pendidikan dan kebutuhan anak sekolah,” jelas Ronny, Minggu (10/8/2025).Meski begitu, ia mengakui bahwa angka pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor manufaktur cukup mengkhawatirkan. Namun, pertumbuhan investasi baru dipandang mampu menyerap lapangan kerja dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan jumlah PHK formal. “Artinya, perekonomian nasional masih mampu menyediakan lapangan pekerjaan meskipun Incremental Labour Output Ratio (ILOR) kita belum optimal,” pungkasnya. (nid)