Kanal24, Malang – Kampung Warna-Warni Jodipan di Kota Malang merupakan bukti nyata transformasi sebuah kawasan kumuh menjadi destinasi wisata berkelas dunia. Pada awalnya, Jodipan hanyalah deretan rumah di bantaran Sungai Brantas yang terkesan padat dan kumuh. Namun pada tahun 2016, melalui kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta, kampung ini disulap menjadi kawasan penuh warna yang menarik perhatian wisatawan. Cat warna-warni yang menghiasi dinding rumah menjadikan Jodipan berbeda dari kampung lain, sekaligus membuka peluang baru bagi warga untuk mengembangkan ekonomi kreatif berbasis pariwisata.
Seiring meningkatnya popularitas, kebutuhan untuk menata dan mengelola wisata secara profesional pun semakin mendesak. Untuk itu, Universitas Brawijaya (UB) melalui Departemen Arsitektur Fakultas Teknik melaksanakan program pengabdian masyarakat berupa digitalisasi arsitektur dan pemetaan wisata Kampung Warna-Warni Jodipan pada Senin (25/08/2025).
Baca juga:
Strategi Jitu Jaga Pertumbuhan Ekonomi RI 2025

Digitalisasi untuk Meningkatkan Pengalaman Wisatawan
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat, Dr.Eng. Novi Sunu Sri Giriwati, ST., M.Sc., menuturkan bahwa pengabdian ini difokuskan pada pembuatan pemodelan tiga dimensi (3D) arsitektur seluruh kampung. Hasil digitalisasi tersebut melahirkan peta wisata baru, jalur perjalanan wisatawan yang lebih terarah, hingga brosur digital yang dilengkapi kode QR.
“Setiap gerbang masuk ke kampung memiliki karakteristik berbeda. Dengan pemetaan baru, wisatawan bisa memilih pengalaman sesuai selera mereka. Ada rute yang menonjolkan spot foto kekinian, ada jalur dengan nuansa lokal yang lebih kuat, dan ada pula jalur yang menawarkan suasana lebih tenang,” ujar Novi.
Menurutnya, selain memberi manfaat bagi wisatawan, digitalisasi ini juga membantu warga memahami potensi kampung mereka. “Dengan adanya peta dan rute baru, warga dapat lebih mudah mengarahkan tamu. Harapannya, pengunjung mendapatkan pengalaman berbeda, lebih terstruktur, dan lebih bermakna,” tambahnya.
Mahasiswa Hadir dengan Energi Baru
Dalam pelaksanaan program ini, mahasiswa UB dilibatkan secara penuh. Faruq Maulana, mahasiswa arsitektur sekaligus ketua kelompok pengabdian, menjelaskan bahwa timnya terdiri dari delapan orang. Mereka bertugas membuat model digital 3D serta rendering realistis dari kampung.
“Output utama kami adalah peta alur wisata dan produk digital berupa video maupun tampilan 3D. Produk ini tidak hanya berguna bagi wisatawan, tetapi juga bisa menjadi dasar pengembangan ke depan. Warga pun bisa menggunakannya untuk berdiskusi mengenai rencana desain atau tata ruang,” kata Faruq.
Ia berharap apa yang mereka kerjakan dapat menjadi jembatan antara kebutuhan masyarakat dan pengembangan akademik. “Bagi kami, ini kesempatan untuk belajar langsung bagaimana ilmu arsitektur bisa diterapkan dalam kehidupan nyata,” tambahnya.

Apresiasi dari Warga Jodipan
Program pengabdian ini mendapat sambutan positif dari warga. Soni Parin, Ketua RW 2 Poncoriban sekaligus koordinator Kampung Warna-Warni, menyampaikan terima kasih atas kontribusi UB.
“Alhamdulillah, belakangan ini kunjungan wisatawan asing semakin banyak. Dengan adanya peta wisata digital ini, harapan kami kampung lebih maju dan lebih dikenal luas. Kalau pengunjung bertambah, otomatis ekonomi warga juga berkembang,” ungkap Soni.
Senada dengan itu, Agus Kodar Sugianto, Ketua Pokdarwis Kampung Warna-Warni Jodipan, menilai bahwa hasil digitalisasi memberi dampak langsung. “Peta yang dibuat mahasiswa UB ini sangat membantu. Apalagi ada barcode yang memudahkan turis asing memahami jalur wisata. Bahkan kampung kami sering menjadi lokasi liputan media luar negeri dan kunjungan seniman mancanegara. Dengan adanya inovasi ini, kunjungan wisata akan semakin meningkat,” jelasnya.
Ikon Wisata Malang yang Mendunia
Keunikan Kampung Warna-Warni Jodipan tidak hanya terletak pada cat warna-warni yang mencolok, tetapi juga pada cerita transformasi sosialnya. Dari kampung kumuh, kini Jodipan menjadi ikon wisata yang membanggakan Malang. Program UB menambah nilai lebih dengan menghadirkan sistem wisata modern berbasis digital. Wisatawan kini memiliki panduan yang jelas untuk menjelajahi spot-spot menarik, baik yang populer di media sosial maupun yang menyuguhkan suasana lokal autentik.
Harapan untuk Keberlanjutan
Tim pengabdian masyarakat UB menargetkan agar hasil digitalisasi ini tidak berhenti pada tahun 2025. Novi menyebut bahwa publikasi ilmiah, seminar, hingga buku mengenai Kampung Warna-Warni sedang dipersiapkan. “Kami ingin karakteristik arsitektur pariwisata di kampung ini terdokumentasi dengan baik. Bagi mahasiswa, pengalaman ini juga bisa menjadi portofolio dan kontribusi nyata bagi masyarakat,” katanya.

Baca juga:
Engine Talk 62 FT UB Angkat Isu Manajemen Manufaktur
Bagi warga, manfaat nyata berupa peta dan rute wisata baru diharapkan mampu meningkatkan jumlah kunjungan dan mendukung ekonomi kreatif yang ada. Sementara bagi wisatawan, pengalaman berkunjung akan lebih kaya, terarah, dan sesuai preferensi masing-masing.
Kampung Warna-Warni Jodipan adalah contoh sukses bagaimana kreativitas, gotong royong warga, dan dukungan akademisi dapat mengubah wajah sebuah kawasan. Melalui digitalisasi yang dilakukan Universitas Brawijaya, kampung ini tidak hanya mempertahankan eksistensinya, tetapi juga melangkah menuju era wisata yang lebih modern dan berkelanjutan. Seperti disampaikan Novi, “Kampung Warna-Warni sudah keren dengan kreativitas warganya. Kami hanya ingin menambah nilai lebih agar destinasi ini tetap berkelanjutan, mendunia, dan menjadi kebanggaan Kota Malang.” (nid/yor)