Kanal24, Malang – Panitia Green Movement IAAS LC Universitas Brawijaya mengikuti sosialisasi pemanfaatan biochar sebagai pembenah tanah, yang digelar bersama Yayasan Bina Tani Sejahtera (YBTS) dan sejumlah mitra. Acara ini berlangsung sebagai langkah awal sebelum program pemberdayaan masyarakat bersama ibu-ibu PKK di Dusun Sukosari, Desa Pandansari, Kabupaten Malang pada Kamis (14/08/2025).
Selain YBTS, kegiatan ini juga menggandeng East-West Seed Cap Panah Merah, P4G, WasteX, Agathis Dammara Karbon, dan Sahabat Petani. Kolaborasi tersebut menunjukkan bahwa inovasi pertanian berkelanjutan hanya dapat berhasil jika melibatkan berbagai pihak, dari lembaga swasta hingga komunitas desa.

Green Movement: Gerakan Edukasi Pertanian Ramah Lingkungan
Green Movement hadir sebagai gerakan mahasiswa yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pengetahuan dan keterampilan pertanian sederhana, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Program ini dilaksanakan dengan metode seminar, demonstrasi, dan praktik langsung agar masyarakat mampu memahami sekaligus menerapkan konsep pertanian hijau.
Edukasi ini tidak hanya menekankan aspek teknis, tetapi juga membangun kepedulian lingkungan, memperkuat ketahanan pangan, serta menanamkan gaya hidup ramah alam. Dengan cara ini, IAAS LC UB berharap dapat mencetak generasi yang lebih peduli pada keberlanjutan ekosistem sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Mengenal Manfaat dan Teknik Aplikasi Biochar
Dalam sosialisasi, panitia Green Movement diperkenalkan dasar-dasar biochar, manfaat bagi tanah, hingga prinsip penggunaan yang dikenal dengan metode 3C (campur, ces, cem). Para peserta juga melihat langsung contoh biochar dari sekam padi dan cangkang sawit.
Biochar dipaparkan bukan sekadar arang, melainkan bahan kaya karbon yang mampu memperbaiki kualitas tanah. Manfaat utamanya meliputi peningkatan kesuburan, penyeimbangan pH, perbaikan struktur tanah, dan pengurangan ketergantungan pada pupuk kimia. Pendekatan praktis yang ditunjukkan YBTS membuat mahasiswa lebih mudah memahami serta siap menyampaikan kembali kepada masyarakat.
Ketua program, Putri Salsabila Risa, menegaskan pentingnya kegiatan ini sebagai bekal. “Kami ingin memastikan tim Green Movement memahami biochar dengan baik, sehingga saat sosialisasi ke ibu-ibu PKK nanti, informasi yang disampaikan jelas dan mudah dipraktikkan,” ujarnya.
Perwakilan YBTS, Zinedine, juga menekankan aspek keberlanjutan. “Biochar adalah inovasi sederhana dengan dampak besar. Kami ingin mahasiswa Green Movement menguasai tekniknya agar pendampingan ke masyarakat efektif dan berkelanjutan,” jelasnya.
Fokus Pemberdayaan PKK dan Pertanian Desa
Peserta Green Movement mengaku merasakan manfaat dari sosialisasi ini. Salah satunya, Odelia, menyebut bahwa kegiatan tersebut membuka wawasannya. “Awalnya kami hanya tahu biochar sebagai arang, ternyata aplikasinya luas sekali untuk mendukung produktivitas lahan. Ini jadi motivasi buat kami saat turun ke masyarakat nanti,” ungkapnya.
Ke depan, IAAS LC UB melalui Green Movement 2025 akan fokus mendampingi ibu-ibu PKK Sukosari dalam budidaya tanaman menggunakan polybag berbasis biochar. Metode ini dipilih karena mudah diterapkan, ramah lingkungan, serta sesuai dengan keterbatasan lahan yang ada di desa.
Selain itu, kolaborasi dengan YBTS dan mitra diharapkan terus berlanjut dalam bentuk pendampingan jangka panjang, monitoring, hingga pengembangan usaha berbasis biochar. Dengan begitu, manfaat ekonomi dan ekologis bisa dirasakan langsung oleh masyarakat desa.
Menuju Pertanian Desa yang Mandiri dan Hijau
Bekal pengetahuan ini menjadikan tim Green Movement optimis mampu menghadirkan pertanian berkelanjutan yang bermanfaat bagi lingkungan sekaligus meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Program ini juga diharapkan menjadi teladan kolaborasi nyata antara perguruan tinggi, lembaga swasta, dan komunitas desa dalam mewujudkan masa depan pertanian yang lebih hijau, mandiri, dan berdaya saing. (nid/sri)