Kanal24, Kediri – Ketahanan pangan di tingkat desa kini tak lagi cukup hanya bertumpu pada cara-cara konvensional. Diperlukan inovasi berbasis teknologi yang sederhana, murah, namun efektif agar masyarakat mampu mengoptimalkan potensi sumber daya di sekitarnya.
Semangat inilah yang menjadi fokus kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Brawijaya Kediri di Desa Krecek, Kecamatan Badas (6/8/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok 13 yang dibimbing langsung oleh Diana Aisyah, S.Pi., M.P. dan Supriyadi, S.Pi., M.P. Melalui tema “Teknologi Tepat Guna untuk Agrokomplek Berkelanjutan”, mahasiswa menghadirkan serangkaian inovasi di bidang perikanan, pertanian, dan peternakan yang disambut antusias oleh masyarakat setempat.
“Kami ingin masyarakat melihat bahwa teknologi itu tidak harus rumit. Justru yang sederhana tapi fungsional bisa memberi dampak besar bagi produktivitas dan efisiensi,” ujar Diana Aisyah, dosen pembimbing lapang PSDKU UB Kediri.
Di bidang perikanan, mahasiswa memperkenalkan dua inovasi sekaligus. Pertama, FLOTEIN (Flow Through Egg Incubator), alat penetas telur ikan yang dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penetasan dan kualitas benih ikan air tawar. Kedua, SI-DAMRAS (Sistem Budikdamber Recirculating Aquaculture System), metode budidaya ikan dalam ember dengan sistem resirkulasi sederhana yang hemat air dan ramah lingkungan.
Pada sektor pertanian, mereka memperkenalkan SENTANA (Semai Padi dalam Nampan), teknologi sederhana yang membantu petani melakukan persemaian benih padi secara seragam dan efisien lahan. Kehadiran SENTANA dianggap sebagai solusi praktis untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas bibit di Desa Krecek.
Sementara di bidang peternakan, mahasiswa memperkenalkan program LIMAGOT (Limbah Rumah Tangga untuk Maggot). Inovasi ini mengajarkan masyarakat mengolah limbah organik rumah tangga menjadi media budidaya maggot, yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ikan maupun unggas. Selain menekan biaya pakan, program ini juga berkontribusi pada pengurangan sampah organik.
Antusiasme masyarakat terlihat jelas saat mengikuti sesi praktik langsung bersama mahasiswa. Para petani dan peternak setempat tampak aktif berdiskusi, menanyakan peluang penerapan teknologi tersebut sesuai dengan kondisi lingkungan mereka.
Diana menegaskan bahwa kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari transformasi di tingkat desa. “Harapan kami, penerapan teknologi tepat guna ini tidak berhenti di kegiatan KKN, tetapi terus dilanjutkan dan dikembangkan bersama masyarakat,” tuturnya.
Dengan kolaborasi antara akademisi, mahasiswa, dan kelompok tani, Desa Krecek kini berpeluang menjadi contoh penerapan teknologi tepat guna yang berhasil, sekaligus model desa mandiri pangan berbasis inovasi berkelanjutan.(Din)