Kanal24, Malang – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mengubah cara generasi muda mempelajari bahasa, termasuk bahasa Inggris. Dalam The 71st TEFLIN International Conference di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya (8/10/2025), Prof. Ju Seong Lee, akademisi internasional sekaligus keynote speaker konferensi, memaparkan konsep inovatif bertajuk “Informal Digital Learning of English (IDOL) in the Era of AI”, yang menyoroti perubahan pola belajar bahasa Inggris di luar ruang kelas formal.
Belajar Bahasa Inggris dari Dunia Digital
Menurut Prof. Ju Seong Lee, generasi saat ini merupakan “AI Natives” — generasi yang tumbuh bersama teknologi digital dan kecerdasan buatan. Mereka belajar bahasa Inggris tidak hanya dari ruang kelas, tetapi juga melalui berbagai platform digital seperti media sosial, video daring, forum, hingga gim interaktif.
Baca juga: TEFLIN 2025: Bahas Revolusi Pengajaran Bahasa Inggris di Era AI
“Saya tertarik meneliti bagaimana siswa belajar dan menggunakan bahasa Inggris di luar kelas, serta bagaimana interaksi digital ini berdampak pada hasil belajar mereka,” ungkapnya. Melalui pendekatan ilmiah, timnya berhasil mengidentifikasi lebih dari 47 variabel yang memengaruhi pembelajaran bahasa melalui IDOL, mulai dari motivasi, lingkungan sosial, hingga akses terhadap teknologi.
Hasil riset tersebut kemudian digunakan untuk menyusun kerangka pembelajaran berbasis bukti (evidence-based framework) yang dapat diterapkan di berbagai konteks sekolah — baik yang berteknologi tinggi maupun rendah. “Keindahan dari pendekatan IDOL adalah fleksibilitasnya. Sekolah tidak perlu bergantung pada teknologi mahal. Yang terpenting adalah bagaimana guru mampu mengintegrasikan sumber-sumber belajar informal ke dalam sistem formal,” tambahnya.
Dari Kelas Formal ke Lingkungan Belajar Informal
Prof. Lee menekankan pentingnya pergeseran paradigma guru dalam mengintegrasikan pembelajaran informal ke ruang kelas formal. Menurutnya, banyak guru yang masih ragu karena menganggap sumber belajar digital tidak memiliki struktur yang jelas.
“Guru perlu memahami bahwa pembelajaran tidak selalu harus dimulai dari kelas. Sumber belajar digital dapat menjadi jembatan menuju pemahaman yang lebih mendalam,” jelasnya. Untuk itu, timnya aktif mengadakan pelatihan guru dan lokakarya praktik langsung (hands-on workshop) di berbagai sekolah dan universitas.
Dalam pelatihan tersebut, para guru diperkenalkan pada cara-cara kreatif menggunakan AI tools dan platform digital untuk mendukung pengajaran bahasa Inggris. Misalnya dengan memanfaatkan video YouTube, forum diskusi global, atau aplikasi interaktif untuk melatih kemampuan mendengar dan berbicara siswa. “Kami membantu guru untuk merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam memanfaatkan teknologi, tanpa meninggalkan prinsip pedagogis,” ujar Prof. Lee.
Kolaborasi Global untuk Pendidikan Inklusif
Selain bekerja dengan sekolah dan universitas, Prof. Ju Seong Lee juga menjalin kemitraan dengan LSM internasional, industri, dan organisasi pendidikan global untuk memperluas penerapan konsep IDOL. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor ini dapat mempercepat pemerataan akses pendidikan bahasa Inggris di berbagai lapisan masyarakat.
“Baik di negara dengan infrastruktur tinggi maupun rendah, pembelajaran bahasa Inggris berbasis digital bisa diterapkan. Yang penting adalah bagaimana kita mengadaptasikannya sesuai konteks lokal,” tegasnya.

Baca juga: Expo PKM-BOX 2025 Tumbuhkan Semangat Wirausaha Mahasiswa FTP
Prof. Lee menilai penyelenggaraan TEFLIN 2025 di Universitas Brawijaya sangat sukses, dengan suasana akademik yang terbuka dan ramah. “Panitia bekerja luar biasa, peserta sangat antusias, dan kampus UB memberikan atmosfer yang hangat dan inspiratif. Konferensi ini tidak hanya memperluas wawasan akademik, tetapi juga memperkaya pertukaran budaya,” ucapnya menutup sesi presentasi.
Dengan pandangan visioner Prof. Ju Seong Lee, TEFLIN 2025 menegaskan bahwa masa depan pembelajaran bahasa Inggris tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu. Melalui integrasi AI dan pendekatan Informal Digital Learning of English (IDOL), pengajaran bahasa kini bergerak menuju model yang lebih inklusif, adaptif, dan berbasis pengalaman nyata generasi digital masa kini. (nid/dht)