Kanal24, Malang – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menjadi katalis utama dalam dunia kreator digital. Hal tersebut disampaikan oleh Hari Obbie, seorang content creator sekaligus praktisi kreatif, dalam acara bertajuk “Content Creator Era AI: Peluang dan Tantangan untuk Generasi Z” pada Jumat (10/10/2025) di Auditorium Nuswantara, Gedung B lantai 7 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB). Menurutnya, kemunculan AI telah mengubah peta permainan di dunia perkontenan secara signifikan, membuka peluang bagi siapa pun untuk menjadi kreator tanpa batasan besar seperti di masa lalu.
“Sekarang semua orang bisa jadi content creator. Dengan bantuan AI, proses produksi konten jadi jauh lebih cepat, lebih mudah, dan hasilnya juga bisa tetap berkualitas,” ujar Hari.
Baca juga:
Duta SMKN 1 Turen 2025 Siap Jadi Wajah Sekolah
Ia menambahkan, kehadiran teknologi AI membantu banyak orang yang sebelumnya ragu tampil di depan kamera. Kini, berbagai fitur berbasis AI seperti virtual presenter, voice generator, dan AI model mampu menggantikan peran manusia dalam beberapa aspek teknis, sehingga siapa pun bisa berkreasi dengan percaya diri. “Bahkan untuk mereka yang malu bicara di depan kamera, sekarang ada fitur yang bisa bantu tampil luwes, berbicara dengan model AI, dan hasilnya terlihat alami,” lanjutnya.
Kreativitas Tak Tergantikan oleh Mesin
Meski AI menawarkan kemudahan dan efisiensi luar biasa, Hari menegaskan bahwa kreativitas manusia tetap menjadi unsur utama dalam proses pembuatan konten. Ia menolak anggapan bahwa AI akan sepenuhnya menggantikan peran kreator manusia di masa depan.
“AI hanya alat. Kreativitas adalah hal yang tidak bisa tergantikan,” tegasnya. Menurut Hari, selama manusia memiliki fundamental seni dan pemahaman etika yang kuat, AI justru bisa menjadi mitra yang memperkuat hasil karya.
Ia juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara kemampuan berpikir kritis dan daya cipta. “Kita adalah operatornya, bukan mesinnya. Kalau kita berpikir kreatif, hasil AI juga akan terlihat kreatif. Kalau kita berpikir kritis, hasilnya akan makin tajam dan berisi,” jelasnya.
Dalam pandangannya, masa depan industri kreatif akan diisi oleh kolaborasi manusia dan mesin. AI akan membantu mempercepat proses, namun nilai artistik, estetika, dan pesan yang bermakna tetap harus datang dari manusia.
Etika dan Tanggung Jawab di Era AI
Hari juga mengingatkan pentingnya etika dalam menggunakan teknologi AI. Ia menilai bahwa di balik peluang besar, terdapat tanggung jawab moral dan sosial yang tak boleh diabaikan oleh para kreator muda.
“Produktif itu penting, tapi etis juga harus dijaga,” ujarnya. Ia menyarankan agar para kreator tidak hanya fokus pada hasil dan popularitas, tetapi juga memahami norma-norma sosial dan hukum yang berlaku dalam pembuatan konten digital.
Menurutnya, tanggung jawab penggunaan AI dimulai dari kesadaran untuk mempelajari dasarnya terlebih dahulu sebelum menggunakan berbagai fitur yang ada. “Jangan langsung pakai tanpa paham. Pelajari dulu fundamentalnya, supaya tidak salah langkah dan tetap menjaga nilai-nilai yang ada,” pesannya.
Selain itu, Hari juga mendorong generasi muda untuk terus bereksperimen dan ngulik teknologi terbaru. Ia percaya bahwa dengan terus belajar dan mengikuti perkembangan AI, para kreator bisa menemukan peluang baru, bahkan mengubah ide menjadi sumber penghasilan.
Menatap Masa Depan Kreator Digital
Di akhir sesi, Hari menegaskan bahwa masa depan dunia kreatif tidak akan terpisah dari AI, namun kunci keberhasilannya tetap berada di tangan manusia. Ia optimistis bahwa teknologi ini akan melahirkan lebih banyak kreator yang tidak hanya produktif, tetapi juga bertanggung jawab dan beretika.
“AI itu mesin, dan mesin tidak punya moral. Kita yang menentukan bagaimana menggunakannya. Jadi, kalau kita bijak, hasilnya juga akan baik,” tutupnya.
Dengan semangat tersebut, Hari berharap generasi muda dapat memanfaatkan AI bukan untuk menggantikan peran manusia, melainkan untuk memperluas batas kreativitas, membangun ekosistem digital yang positif, dan membawa warna baru dalam industri konten Indonesia. (nid/ptr)










