Kanal34, Malang – Harga susu segar yang fluktuatif akibat ketergantungan terhadap industri besar dan dinamika pasar global mendorong koperasi peternak untuk berpikir lebih strategis. Hal ini pula yang menjadi perhatian Eva Marliany, S.P., M.M., Direktur Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung, dalam Seminar Nasional bertema “Strategi Hilirisasi Sapi Menuju Kemandirian Susu Nasional” yang digelar oleh BEM Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) sebagai bagian dari rangkaian Pesta Kandang 2025.
Menurut Eva, tantangan utama yang dihadapi KAN Jabung saat ini adalah harga susu yang sangat bergantung pada industri pengolahan besar dan kondisi permintaan global. “Kami sedang berupaya agar tidak hanya menjual susu dalam bentuk fresh milk. Ke depan, kami ingin bergerak ke arah pengolahan sehingga memiliki kendali lebih besar terhadap nilai dan harga produk kami sendiri,” ujarnya.
Langkah ini, lanjut Eva, menjadi bagian dari desain bisnis jangka panjang KAN Jabung. Sebagai salah satu koperasi susu terbesar di Indonesia, KAN Jabung tidak ingin terus berada di posisi hulu yang rentan terhadap fluktuasi harga. “Selama ini nilai tambah terbesar ada di tangan industri. Kami ingin membawa sebagian nilai itu kembali ke tangan peternak,” katanya.
Hilirisasi dan Diversifikasi Produk sebagai Strategi Kemandirian
Untuk mewujudkan visi tersebut, KAN Jabung telah memulai langkah konkret dengan memperluas lini usaha ke bidang pengolahan dan distribusi. Saat ini, koperasi tersebut mengelola produk olahan seperti susu pasteurisasi dan yoghurt di bawah merek dagang sendiri. Tak hanya itu, KAN Jabung juga membangun jaringan distribusi dan ritel melalui merek JAB Mart, yang menjadi bagian dari upaya memperkuat rantai pasok dari hulu ke hilir.
“Dengan memiliki rantai pengolahan dan pemasaran sendiri, kami berharap ke depan bisa menentukan harga secara lebih mandiri, tidak lagi semata-mata bergantung pada industri besar,” tutur Eva.
Meski demikian, ia menyadari bahwa proses menuju kemandirian ini tidak bisa dicapai dalam waktu singkat. Untuk jangka pendek, KAN Jabung fokus pada dua hal: peningkatan kualitas susu dan memperluas pasar melalui kemitraan dengan berbagai industri dan koperasi lain.
“Kualitas menjadi kunci untuk mendapatkan harga yang lebih baik di pasar. Kami juga terus menjajaki kolaborasi agar produk kami bisa masuk ke berbagai saluran distribusi,” tambahnya.
Sinergi antara Koperasi, Industri, dan Perguruan Tinggi
Eva juga menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam mendukung kemajuan peternakan rakyat. Menurutnya, peternak sering kali menghadapi keterbatasan dalam hal akses informasi, modal, dan inovasi. “Di sinilah kami melihat perguruan tinggi seperti UB dapat menjadi mitra strategis, membantu kami menyelesaikan persoalan di tingkat peternak maupun manajemen koperasi,” ujarnya.
Ia menilai, hubungan antara industri, koperasi, dan perguruan tinggi harus saling melengkapi agar tercipta rantai pasok yang seimbang. “Kita tidak bisa hidup sendiri. Industri membutuhkan bahan baku berkualitas dari koperasi, sementara koperasi membutuhkan dukungan teknologi dan riset dari perguruan tinggi,” kata Eva.
Selain itu, ia juga menyoroti dampak wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sempat mengguncang sektor peternakan nasional. Penurunan populasi dan produktivitas sapi perah akibat PMK membuat banyak koperasi harus bekerja keras memulihkan skala usaha. “Tantangan kami sekarang adalah bagaimana mengembalikan volume bisnis ke kondisi sebelum PMK. Ini bukan hal mudah, tapi kami optimis bisa melampauinya,” ungkapnya.
Bagi Eva, penguatan peternakan rakyat bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari menjaga kedaulatan pangan dan memperluas kesempatan kerja. “Peternakan rakyat adalah cara kita bersama untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Banyak keluarga yang menggantungkan hidup dari sektor ini,” tegasnya.
Ia berharap pemerintah, industri, dan akademisi dapat terus berpikir dan bergerak bersama untuk membangun ekosistem peternakan yang berkelanjutan. “Kita perlu memastikan bahwa hilirisasi bukan hanya menguntungkan industri besar, tetapi juga memperkuat posisi peternak kecil,” pungkasnya. (Din)