Kanal24
No Result
View All Result
  • Berita Terkini
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Login
  • Berita Terkini
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
No Result
View All Result
Kanal24
No Result
View All Result

OpenAI Batasi ChatGPT, Cegah Psikosis AI

Einid Shandy by Einid Shandy
October 17, 2025
in Perspektif
0
ChatGPT Edu, Versi Baru untuk Kalangan Kampus

Ilustrasi ChatGPT OpenAi (Freepik)

1
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Kanal24, Malang — OpenAI resmi menerapkan aturan baru dalam penggunaan ChatGPT dengan membatasi akses penuh hanya untuk pengguna berusia 18 tahun ke atas. Kebijakan ini diumumkan CEO OpenAI, Sam Altman, pada Senin (22/9/2025), sebagai upaya melindungi pengguna dari risiko penyalahgunaan serta fenomena yang kini dikenal dengan istilah “AI Psychosis” atau Psikosis AI.

Langkah ini diambil setelah muncul laporan terkait interaksi sensitif dalam percakapan dengan chatbot, mulai dari isu seksual hingga bunuh diri. Di sisi lain, penggunaan ChatGPT secara intensif juga memunculkan kekhawatiran psikologis. “Kami menetapkan minimal penggunaan ChatGPT di usia 18 tahun. Remaja berusia 13 tahun tetap bisa memakai ChatGPT, tetapi akan ada pengaturan keamanan tambahan,” tulis Sam Altman di situs resmi OpenAI. Kebijakan ini memicu pro dan kontra. Sebagian menilai aturan tersebut terlalu membatasi kebebasan pengguna muda, sementara pihak lain menganggapnya langkah bijak demi keselamatan digital.

Metode Verifikasi dan Latar Belakang Kebijakan

Menurut bocoran dari laman resmi perusahaan, ke depan pengguna mungkin diminta melakukan verifikasi identitas untuk membuktikan usia. Meski dianggap merepotkan, langkah ini dinilai sebagai kompromi penting demi mengurangi risiko konten berbahaya, penipuan, maupun dampak psikologis. Fenomena Psikosis AI sendiri pertama kali ramai dibicarakan ketika sejumlah pengguna melaporkan kesulitan membedakan realitas setelah sering berinteraksi dengan chatbot. Kondisi ini tidak diakui sebagai penyakit spesifik, tetapi para ahli menilai dampaknya nyata.

Dr. Keith Sakata, psikiater dari University of California, menjelaskan bahwa AI Psychosis biasanya berakar dari perasaan kesepian. “Pengguna yang terisolasi cenderung memakai AI untuk mengeksplorasi masalah pribadi. Karena AI selalu responsif, delusi yang terbentuk semakin kuat. Akhirnya, mereka kesulitan membedakan mana realitas, mana ilusi,” jelasnya.

Gejala-Gejala Psikosis AI

Meski tergolong gejala, bukan penyakit, psikosis dapat memengaruhi cara otak memproses kenyataan. Keith menyamakan kondisi ini seperti demam: tanda adanya masalah lebih serius di dalam tubuh.

Adapun gejala umum Psikosis AI antara lain:

  • Perubahan perilaku mendadak, misalnya enggan makan atau bekerja.
  • Muncul keyakinan baru yang muluk-muluk atau tidak rasional.
  • Kesulitan tidur.
  • Menjauh dari interaksi sosial.
  • Aktif menyetujui delusi yang muncul.
  • Terjebak dalam lingkaran percakapan berulang dengan AI.
  • Muncul keinginan menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

Gejala ini seringkali tampak ringan pada awalnya, misalnya sekadar sulit tidur atau terlalu sering mengobrol dengan bot. Namun jika dibiarkan, kondisi tersebut dapat berkembang menjadi pemutusan kontak serius dengan realitas.

Langkah Penanganan dan Pencegahan

Para ahli menyarankan pengguna lebih waspada dan segera mencari bantuan ketika tanda-tanda psikosis muncul. Menurut Sakata, stigma bahwa hanya orang “gila” yang berkonsultasi ke psikiater perlu dihapuskan. Dukungan sosial dari keluarga dan teman juga krusial dalam proses pemulihan. Saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk Psikosis AI. Penanganan biasanya menyesuaikan tingkat keparahan gejala dan kondisi pasien. Salah satu metode yang dinilai efektif adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau Terapi Perilaku Kognitif, yang bertujuan membantu pasien mengenali sekaligus membingkai ulang pikiran delusional.

Dalam kasus lebih parah, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti antipsikotik atau penstabil suasana hati. Pemantauan penggunaan AI juga penting agar pasien tidak kembali terjebak dalam pola yang sama. Selain itu, komunitas pendukung dari sesama penderita bisa menjadi ruang aman untuk berbagi pengalaman dan memperkuat semangat pemulihan.

Batas Baru di Era AI

Kebijakan OpenAI ini menunjukkan bahwa adopsi AI tidak hanya soal teknologi, tetapi juga tanggung jawab sosial. ChatGPT dan layanan serupa kini tidak lagi dipandang semata alat produktivitas, melainkan juga potensi risiko jika digunakan tanpa pengawasan.

Meskipun pembatasan usia dianggap sebagian pihak terlalu ketat, OpenAI menekankan bahwa keamanan harus menjadi prioritas. “Langkah ini bukan tentang membatasi, tapi tentang melindungi,” tulis perusahaan dalam keterangannya. Dengan aturan baru ini, diskursus publik semakin luas: bagaimana manusia harus menavigasi teknologi yang kian cerdas, sekaligus menjaga batas antara kenyataan dan dunia buatan. (ptr)

Post Views: 47
Tags: AIChat GPTKANAL24kanal24.co.id
Previous Post

FILKOM UB Ciptakan ExpertLink, Platform AI untuk Percepat Kolaborasi Riset Akademik

Next Post

DRPM UB Petakan Talenta Riset, Pastikan Proposal Lebih Kompetitif di Tingkat Nasional

Einid Shandy

Einid Shandy

Reporter dan penulis Kanal24

Next Post
DRPM UB Petakan Talenta Riset, Pastikan Proposal Lebih Kompetitif di Tingkat Nasional

DRPM UB Petakan Talenta Riset, Pastikan Proposal Lebih Kompetitif di Tingkat Nasional

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest

ISLAM DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

August 4, 2023

Yuk Kenali Istilah Dalam Karate

August 3, 2023

AYAT-AYAT KREATIFITAS DAN INOVASI PELAYANAN

August 4, 2023
oval layer

5 Gaya Rambut yang Tepat untuk Pipi Chubby agar Tampil Lebih Menarik

August 25, 2024
Permainan Interaktif Menjadi Media KKN FP UB Pupuk Minat Baca Anak Desa Kromengan

Permainan Interaktif Menjadi Media KKN FP UB Pupuk Minat Baca Anak Desa Kromengan

39
Dosen UB Kenalkan Teknologi Pembuatan Pakan Ternak dan Pupuk Organik ke Desa Plandirejo

Dosen UB Kenalkan Teknologi Pembuatan Pakan Ternak dan Pupuk Organik ke Desa Plandirejo

5
Layanan RSUB Kini Terintegrasi dengan Mobile JKN BPJS

Layanan RSUB Kini Terintegrasi dengan Mobile JKN BPJS

4

Review Film : Glass Onion: A Knives Out Story

3
Media dan Pesantren: Saat Framing Gagal Memahami Adab dan Tradisi

Media dan Pesantren: Saat Framing Gagal Memahami Adab dan Tradisi

October 17, 2025
DRPM UB Petakan Talenta Riset, Pastikan Proposal Lebih Kompetitif di Tingkat Nasional

DRPM UB Petakan Talenta Riset, Pastikan Proposal Lebih Kompetitif di Tingkat Nasional

October 17, 2025
ChatGPT Edu, Versi Baru untuk Kalangan Kampus

OpenAI Batasi ChatGPT, Cegah Psikosis AI

October 17, 2025
FILKOM UB Ciptakan ExpertLink, Platform AI untuk Percepat Kolaborasi Riset Akademik

FILKOM UB Ciptakan ExpertLink, Platform AI untuk Percepat Kolaborasi Riset Akademik

October 17, 2025

Popular Stories

  • ISLAM DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Kenali Istilah Dalam Karate

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • AYAT-AYAT KREATIFITAS DAN INOVASI PELAYANAN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Gaya Rambut yang Tepat untuk Pipi Chubby agar Tampil Lebih Menarik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Kenali Sistem Swiss Manager Dalam Catur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berita
  • Tentang Kanal24
  • Galeri
  • Layanan
  • Pedoman Media Siber
Copyright Kanal24.com 2023

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Terkini
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan

Copyright Kanal24.com 2023