Kanal24, Malang – Di tengah kompetisi kerja yang semakin ketat, mahasiswa dituntut untuk tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki keterampilan personal yang kuat. Hal tersebut menjadi inti dari materi yang disampaikan oleh Dian Eko Wicaksono, M.Psi., Psikolog, seorang Human Capital Strategist, dalam kegiatan “Bursa Kerja: Career Preparation & Counseling untuk Mahasiswa” yang digelar pada Senin (10/11/2025), bertempat di Ruang Sidang Lantai 5 Gedung 5 Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (UB).
Acara ini diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai angkatan, termasuk beberapa alumni yang tengah mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Dalam sesi interaktif tersebut, Dian Eko membahas secara mendalam mengenai pentingnya mempersiapkan karier sejak dini, mulai dari memahami arah tujuan hidup, membangun portofolio, hingga menyiapkan diri menghadapi proses wawancara kerja.
Baca juga:
ICoPAG 2025 Bahas Kolaborasi Global Inovasi Pelayanan Publik

Menentukan Arah dan Tujuan Karier Sejak Dini
Dalam pemaparannya, Dian menegaskan bahwa langkah pertama dalam mempersiapkan karier bukanlah sekadar mencari pekerjaan, melainkan menentukan tujuan karier yang jelas. “Tentukan dulu mau ke mana dan mau bagaimana. Tujuan itu yang utama,” ujarnya di hadapan peserta. Menurutnya, mahasiswa perlu memahami posisi atau bidang pekerjaan yang ingin dituju agar dapat menyiapkan kompetensi yang relevan.
Ia mencontohkan, mahasiswa yang ingin terjun ke dunia industri peternakan modern harus memahami tidak hanya aspek teknis produksi, tetapi juga tren digitalisasi dan sustainability yang kini menjadi fokus banyak perusahaan. Dengan memahami arah karier sejak dini, mahasiswa dapat merancang langkah-langkah strategis, mulai dari mengikuti pelatihan, magang, hingga membangun jaringan profesional.
“Jangan menunggu sampai lulus baru bingung mau kerja di mana. Persiapan itu harus dimulai bahkan sejak semester tiga atau empat,” tegasnya.
Hard Skill dan Soft Skill: Dua Pilar Keberhasilan
Dian Eko juga menyoroti bahwa keberhasilan di dunia kerja modern tidak cukup hanya dengan kemampuan teknis atau hard skill, melainkan harus diimbangi dengan soft skill seperti komunikasi, empati, dan kemampuan beradaptasi. Ia menyebutkan bahwa di tengah bonus demografi yang sedang dialami Indonesia, hanya mereka yang memiliki kombinasi dua keterampilan tersebut yang akan mampu bersaing.
“Bonus demografi memang memberi peluang besar, tapi tidak semua akan berhasil memanfaatkannya. Kuncinya ada pada bagaimana kita mengasah skill dan soft skill,” jelasnya.
Dalam konteks ini, Dian menekankan pentingnya sikap agility, yakni kemampuan untuk cepat beradaptasi terhadap perubahan. Dunia kerja yang dinamis, kata dia, menuntut mahasiswa untuk terus belajar hal-hal baru, terbuka terhadap inovasi, serta mampu bekerja lintas bidang. “Apapun yang baru, pelajari. Jangan takut berubah. Tapi tetap harus diimbangi dengan empati dan asertif, baik pada diri sendiri maupun orang lain,” tambahnya.
Membangun Portofolio dan Menghadapi Wawancara Kerja
Selain membahas kesiapan mental dan strategi pengembangan diri, Dian juga memberikan panduan praktis terkait penyusunan portofolio dan teknik wawancara kerja. Ia menekankan pentingnya menyusun curriculum vitae (CV) yang tidak hanya menarik secara tampilan, tetapi juga mampu mencerminkan kompetensi dan kepribadian pelamar.
“Buat CV yang bagus, bukan hanya dari desainnya, tapi juga dari isi yang menggambarkan pengalaman dan nilai tambah kamu,” ujarnya. Ia juga mengingatkan bahwa banyak pelamar gagal bukan karena kurang kemampuan, tetapi karena kurang persiapan dalam menjawab pertanyaan saat wawancara.
“Pelajari dulu materi atau posisi yang dilamar. Kuasai bidangnya, karena kalau saat wawancara tidak bisa menjawab, itu bisa jadi bumerang,” kata Dian menegaskan.
Dalam sesi diskusi, para peserta juga berkesempatan untuk berkonsultasi langsung terkait kesiapan karier mereka, mulai dari cara menulis surat lamaran yang efektif hingga menghadapi pertanyaan kritis dari pewawancara.
Agility dan Empati sebagai Kunci Masa Depan
Sebagai penutup, Dian Eko memberikan pesan inspiratif bagi mahasiswa agar terus mengasah agility dan empati sebagai fondasi utama dalam meniti karier. Ia mengingatkan bahwa dunia kerja bukan hanya tentang mengejar posisi atau gaji, tetapi juga tentang kontribusi dan nilai yang dapat diberikan kepada lingkungan dan masyarakat.
“Mahasiswa harus siap berubah, tapi juga harus punya empati terhadap orang lain. Dunia kerja butuh orang yang tidak hanya cerdas, tapi juga peduli,” pesannya.
Melalui kegiatan Bursa Kerja: Career Preparation & Counseling ini, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya menunjukkan komitmennya dalam membantu mahasiswa menghadapi dunia kerja yang semakin kompleks. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal bagi mahasiswa untuk mengenali potensi diri, menyiapkan strategi karier, serta membangun karakter yang tangguh dan adaptif dalam menghadapi tantangan masa depan. (nid/dpa)










