Kanal24, Malang — Di tengah tantangan krisis pangan global dan tuntutan modernisasi sektor pertanian, transformasi digital menjadi keharusan. Pergeseran menuju pertanian cerdas (smart agriculture) menuntut sinergi lintas sektor—antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah—untuk memastikan teknologi benar-benar menjawab kebutuhan petani.
Dalam konteks inilah, Universitas Brawijaya (UB) melalui Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains dan Teknologi (DIKST) menyelenggarakan Forum Teknologi Pertanian Digital Indonesia, Selasa (11/11/2025) di Auditorium UB. Forum ini menjadi ruang kolaborasi strategis bagi peneliti, startup, dan pemangku kebijakan untuk memperkuat ekosistem pertanian digital nasional.
Digitalisasi Pertanian Jadi Arah Pembangunan Nasional
Perwakilan Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian PPN/Bappenas, Ifan Martino, menegaskan bahwa digitalisasi pertanian kini menjadi salah satu fokus utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) lima tahun ke depan. Pemerintah menargetkan modernisasi pertanian sebagai langkah strategis memperkuat ketahanan pangan dan efisiensi produksi.

“Selama lima tahun ke depan, arah kebijakan dan aksi di kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah akan mengacu pada penguatan digitalisasi pertanian. Forum seperti ini sangat penting, karena menghubungkan akademisi, startup, dan pemerintah dalam satu ekosistem nyata,” ujar Ifan.
Ifan juga mengungkapkan bahwa Kementerian PPN/Bappenas telah mulai mengadopsi Artificial Intelligence (AI) dalam riset dan perencanaan kebijakan pangan nasional. Menurutnya, pemanfaatan AI di sektor pertanian akan mempercepat pengambilan keputusan berbasis data dan meningkatkan produktivitas melalui analisis prediktif.
Ia berharap kolaborasi lintas sektor yang dimulai di UB dapat direplikasi di berbagai daerah. “Digitalisasi pertanian harus bergerak dari kampus ke desa, dari ide ke implementasi nyata,” tegasnya.
UB Jadi Innovation Hub Pertanian Digital
Sementara itu, Direktur DIKST UB, Mohammad Iqbal, S.Sos., MIB., DBA, menegaskan peran strategis perguruan tinggi sebagai pusat inovasi atau innovation hub bagi pengembangan teknologi pertanian digital di Indonesia.
“Universitas tidak bisa berjalan sendiri. Melalui forum ini, kami ingin menggabungkan kekuatan riset, inovasi, dan industri agar teknologi tepat guna hasil penelitian UB benar-benar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan sektor pertanian,” ungkap Iqbal.
Iqbal menjelaskan bahwa DIKST bersama Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UB terus mendorong kolaborasi riset dan hilirisasi hasil penelitian ke masyarakat desa melalui berbagai program, termasuk pengembangan teknologi tepat guna dan penerapan sistem digital agritech.

Ia menambahkan, forum ini juga mencerminkan praktik nyata dari konsep triple helix bahkan quadruple helix, yang melibatkan universitas, pemerintah, industri, dan komunitas dalam menciptakan solusi inovatif di sektor pertanian. “UB ingin membumikan hasil risetnya agar benar-benar berdampak bagi masyarakat. Inovasi harus keluar dari laboratorium dan hadir di lahan-lahan petani,” tuturnya.
Iqbal juga menyoroti pentingnya peran startup agritech dalam mempercepat transformasi ini. “Teman-teman startup harus jadi jembatan antara inovasi akademik dan implementasi di lapangan. Universitas hadir untuk memastikan pengetahuan dan teknologi terus berkembang dan dimanfaatkan secara berkelanjutan,” tambahnya.
Forum Teknologi Pertanian Digital Indonesia menjadi langkah konkret UB untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) pertanian masa depan yang adaptif terhadap teknologi dan berbasis data. Kolaborasi antara UB, pemerintah, dan pelaku industri diharapkan dapat memperkuat kedaulatan pangan nasional melalui efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan.
Dengan dukungan riset, inovasi, dan implementasi berbasis digital, UB berkomitmen menjadikan forum ini sebagai model sinergi akademik dan industri di bidang pertanian cerdas Indonesia.(Din/Dpa)










