Kanal24, Malang — Rendahnya kepercayaan publik terhadap proses politik dan lambatnya saluran komunikasi antara warga dan pemimpin menjadi tantangan besar dalam praktik demokrasi modern. Di tengah situasi ini, Universitas Brawijaya (UB) memperkenalkan inovasi baru berbasis teknologi bernama “Caka Politik”, sebuah aplikasi digital yang dirancang untuk memperkuat partisipasi publik dan mempercepat aliran aspirasi masyarakat kepada para pengambil kebijakan.
Peluncuran perdana aplikasi ini dilakukan dalam kegiatan “Diseminasi Dilema Perilaku Politik Masyarakat Jawa Timur di Pemilu 2024”, yang digelar oleh Indonesia Political Survey & Consulting (Indopol Survey) di Auditorium Universitas Brawijaya, Rabu (12/11/2025).
Direktur Eksekutif Indopol Survey, Ratno Sulistiyanto, menjelaskan bahwa aplikasi ini dikembangkan untuk menjadi jembatan komunikasi antara masyarakat dengan wakil rakyat dan kepala daerah di tiap daerah pemilihan (dapil).
“Aplikasi Caka Politik UB ini akan menjembatani proses komunikasi politik itu. Harapannya, terbangun komunikasi politik yang lebih kreatif, dinamis, dan interaktif sehingga bisa memperkuat demokrasi kita,” ujar Ratno.
Baca juga : Indopol Ungkap Dilema Politik Warga Jatim: Money Politics Masih Dominan
Ia menambahkan, kanal digital ini juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dengan cara yang lebih efisien dan transparan. “Sering kali ketika masyarakat menyampaikan keluhan, responsnya lambat. Nah, kanal ini bisa mempercepat arus informasi,” lanjutnya.
Ratno menjelaskan, sistem dalam aplikasi ini akan terus dikembangkan untuk menyesuaikan kebutuhan pengguna di berbagai daerah. “Nanti akan ada fitur pengiriman video atau foto. Misalnya, masyarakat menemukan jalan berlubang, mereka bisa kirimkan gambar langsung ke kepala daerah sesuai dapilnya. Aksesnya pun akan dibagi per wilayah, agar komunikasi tetap relevan dan terarah,” terangnya.
Menurutnya, pengembangan Caka Politik dilakukan secara bertahap karena membutuhkan kapasitas server besar. UB akan menjadi host server utama untuk menjaga keamanan dan keandalan data pengguna. “Ke depan, akan ada seri seperti Caka Politik 01, 02, dan seterusnya, dengan sistem komunikasi berbasis visual agar masyarakat lebih mudah menyampaikan pesan,” ungkapnya.
Ketua Tim Program Caka Politik sekaligus dosen FIA UB, Andhyka Muttaqin, MPA, menuturkan bahwa aplikasi ini menjadi solusi digital yang menghubungkan masyarakat, akademisi, dan penyelenggara pemilu dalam satu ruang dialog demokratis.
“Solusinya adalah memberikan ruang digital berbasis EA, yang kami namakan data politika underscore ub.id. Harapannya, aplikasi ini menjadi wadah diskusi demokrasi bagi semua pihak,” jelas Andhyka.
Ia menambahkan, inisiatif ini lahir dari keprihatinan terhadap menurunnya literasi politik di kalangan muda, padahal mereka merupakan mayoritas pemilih di Pemilu 2024. “Pemilih muda mendominasi, tapi partisipasinya seringkali bersifat reaktif, bukan reflektif. Karena itu, dengan adanya aplikasi ini kami ingin membuka ruang dialog dan pendidikan politik yang lebih interaktif,” ujarnya.
Aplikasi Caka Politik dikembangkan sebagai bentuk sinergi antara kampus, lembaga survei, dan penyelenggara pemilu. Dalam kegiatan diseminasi tersebut, hadir pula perwakilan dari KPU dan Bawaslu Jawa Timur, KPU Pusat, serta praktisi dan pemerhati politik nasional.
“Dengan adanya diseminasi ini, harapannya memberikan pencerahan. Tidak hanya hasil riset yang kami sampaikan, tetapi juga implementasi nyata dari bagaimana teknologi bisa berperan dalam memperkuat demokrasi,” pungkas Andhyka.
Inovasi digital ini menandai langkah penting UB dalam memperluas kontribusi akademik untuk masyarakat, sekaligus memperkuat ekosistem politik yang lebih partisipatif. Di tengah menurunnya kepercayaan publik terhadap proses demokrasi, Caka Politik hadir sebagai kanal alternatif yang menghubungkan rakyat dengan para pengambil keputusan — dari kampus, untuk bangsa.(Din/Dpa)










