Kanal24, Malang – Perkembangan teknologi informasi secara masif mendorong perubahan cara masyarakat mengakses pengetahuan, sehingga perpustakaan dituntut beradaptasi melalui digitalisasi layanan. Tema inilah yang menjadi fokus dua pemateri, Bayu Amengku Praja, S.Mn., M.Si. dan Dra. Welmin Sunyi Ariningsih, M.Lib, yang masing-masing menyampaikan materi mengenai urgensi perpustakaan digital bagi percepatan layanan publik dan perkembangan pendidikan.
Keduanya menyoroti kebutuhan informasi yang semakin meningkat dan bagaimana perpustakaan digital menawarkan solusi praktis bagi masyarakat, akademisi, maupun lembaga negara untuk memperluas akses pengetahuan.
Materi tersebut disampaikan secara mendalam dalam kegiatan bertema āSeminar Perpustakaan: Perpustakaan Digital dalam Percepatan Transformasi Pengetahuan sebagai Bentuk Pelayanan Publikā, yang berlangsung di Aula Gedung E Lantai 7 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) pada Selasa (18/11/2025). Kegiatan ini digelar oleh FIA UB bekerja sama dengan Perpustakaan MPR RI sebagai bagian dari penguatan sinergi akademisi dan praktisi dalam pengembangan layanan perpustakaan digital.
Perpustakaan Digital untuk Transformasi Pengetahuan Publik
Dalam pemaparannya, Bayu Amengku Praja, S.Mn., M.Si. menekankan bahwa perpustakaan digital merupakan kunci utama dalam mempercepat transformasi pengetahuan, terutama di sektor pelayanan publik. Menurutnya, kebutuhan informasi di masyarakat maupun dunia pendidikan meningkat drastis seiring pola kerja dan belajar yang berbasis data. Dengan perpustakaan digital, akses informasi dapat dilakukan secara cepat, fleksibel, dan tersedia selama 24 jam.

Bayu menyampaikan bahwa banyak koleksi yang sebenarnya sangat dibutuhkan masyarakat, namun akses fisik sering menjadi kendala. āBanyak koleksi perpustakaan dibutuhkan masyarakat, tetapi akses fisik terbatas oleh jarak dan waktu. Kolaborasi UB dan MPR diharapkan mempermudah akses terhadap koleksi digital, khususnya milik MPR,ā jelasnya.
Ia juga memberikan pesan khusus kepada mahasiswa untuk meningkatkan literasi digital. Menurutnya, mahasiswa Ilmu Perpustakaan seharusnya tidak membatasi diri pada satu disiplin ilmu saja. āAkseslah berbagai sumber pengetahuan lintas disiplin. Pengetahuan tentang kedokteran, ekonomi, atau politik dapat sangat berguna,ā tambahnya.
Perpustakaan sebagai Ruang Pembelajaran Tanpa Batas
Sementara itu, Dra. Welmin Sunyi Ariningsih, M.Lib, menjelaskan bahwa perpustakaan digital merupakan bentuk penyederhanaan layanan publik yang memberikan kebebasan akses tanpa batas ruang. Jika perpustakaan konvensional menuntut kehadiran fisik, perpustakaan digital memungkinkan pengguna menemukan informasi kapan pun sesuai kebutuhan. Hal ini menciptakan model pembelajaran yang lebih dinamis dan inklusif.

Dalam penjelasannya, Welmin menyebut perpustakaan memiliki peran permanen sebagai tempat belajar dan riset. āPerpustakaan disebut ādosen di luar kelasā. Informasi yang tersedia sangat luas dan membantu mahasiswa memperluas pengetahuan,ā ungkapnya. Ia menyoroti bahwa perpustakaan digital tetap membawa fungsi edukatif yang kuat, meski formatnya berubah.
Welmin juga menekankan pentingnya kemampuan analisis manusia di era teknologi. Menurutnya, AI hanya berperan sebagai alat bantu dan tidak dapat menggantikan intuisi atau penilaian manusia. āMahasiswa harus mampu memanfaatkan teknologi, tetapi tetap melakukan verifikasi sumber dan tidak menerima informasi mentah-mentah,ā tegasnya.
Ia menambahkan bahwa informasi baru memiliki nilai ketika relevan dan dibutuhkan. Oleh karena itu, mahasiswa harus mampu memilih sumber yang tepat agar proses belajar lebih efektif.
Implementasi Digitalisasi dan Dampaknya bagi Akademisi
Materi yang disampaikan kedua pemateri menegaskan bahwa digitalisasi perpustakaan bukan hanya perubahan format, tetapi transformasi sistem pelayanan pengetahuan. Melalui digitalisasi, perpustakaan ditempatkan sebagai jembatan antara masyarakat dan sumber-sumber informasi penting, termasuk dokumen negara, literatur akademik, hingga arsip historis. Kolaborasi antara FIA UB dan Perpustakaan MPR RI membuka peluang pengembangan perpustakaan digital yang tidak hanya bermanfaat bagi civitas akademika, tetapi juga masyarakat luas.
Digitalisasi juga memungkinkan pengguna mengakses beragam koleksi lintas disiplin, mendorong pembelajaran multidimensional, serta meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai proses kurasi dan manajemen informasi. Implementasi ini mendukung strategi peningkatan literasi digital sekaligus menyiapkan mahasiswa menghadapi kebutuhan industri informasi modern.
Penguatan Layanan Publik melalui Perpustakaan Digital
Secara keseluruhan, seminar ini menegaskan bahwa perpustakaan digital merupakan langkah strategis dalam mempercepat transformasi pengetahuan dan memperluas akses layanan publik. Melalui materi yang disampaikan Bayu Amengku Praja dan Dra. Welmin Sunyi Ariningsih, mahasiswa diajak memahami bahwa perpustakaan digital adalah sarana vital dalam pembangunan masyarakat berbasis informasi.
Digitalisasi bukan hanya modernisasi teknis, tetapi pergeseran paradigma menuju layanan pengetahuan yang lebih terbuka, fleksibel, dan relevan dengan kebutuhan masa kini. (nid/tia)










