Kanal24, Malang – Di tengah tantangan global yang semakin kompleks—mulai dari kompetisi riset, kebutuhan publikasi ilmiah yang meningkat, hingga tuntutan dunia kerja yang menuntut generasi muda menjadi kreator—UB menghadapi babak baru dalam penguatan ekosistem kemahasiswaan. Potensi mahasiswa sangat besar, tetapi perlu didorong melalui kebijakan yang terarah dan sistem yang solid. Karena itu, Program Prioritas Rektor 2025 di bidang kemahasiswaan hadir sebagai langkah untuk memperkuat reputasi kampus sekaligus membangun fondasi masa depan mahasiswa.
Direktur Direktorat Kemahasiswaan UB, Dr. Sujarwo, S.P., M.P., menegaskan bahwa arah besar kebijakan UB sesungguhnya berfokus pada riset dan publikasi. “Program prioritas rektor itu sebenarnya lebih pada penguatan riset dan publikasi,” ujarnya. Namun, ia menambahkan bahwa penguatan tersebut harus didukung oleh environment kemahasiswaan yang tertata dengan baik.
Ia menjelaskan bahwa ada empat elemen utama dalam Program Prioritas Rektor 2025: startup mahasiswa, hibah penelitian, reward publikasi, dan prestasi mahasiswa. Keempatnya menjadi pilar dalam upaya UB meningkatkan reputasi akademik dan inovasi. Dr. Sujarwo menyebut bahwa skema ini akan berlanjut hingga 2026 dan dikelola secara kolaboratif antara fakultas dan universitas.
“Direktorat Kemahasiswaan ada anggaran yang dialokasikan untuk program prioritas rektor baik untuk prestasi, reward publikasi, hibah penelitian maupun startup,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa pendanaan tidak bersifat kaku karena mekanismenya “sangat cair”, sehingga sinergi antara Direktorat dan forum Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan (WD 3) fakultas dapat berjalan optimal. Pendekatan ini diharapkan mampu membuka akses lebih besar bagi mahasiswa—tidak hanya pada kompetisi minat bakat, tetapi juga kegiatan penalaran yang diarahkan ke publikasi ilmiah.
Sujarwo juga menegaskan bahwa mahasiswa tidak cukup hanya menjadi job seeker tetapi harus naik kelas menjadi job creator. “Kalau job creator, berarti kewirausahaan harus menjadi targetnya,” katanya. Karena itu, startup menjadi salah satu sektor yang didorong kuat melalui program prioritas.
Pada aspek teknis, mekanisme hibah penelitian dan reward publikasi sudah memiliki juknis dan faktor penilaian yang jelas. Proses evaluasi akan dilakukan oleh reviewer ahli dan dosen terkait. Sujarwo menekankan bahwa inti dari program bukan hanya soal lolos atau tidaknya proposal, melainkan perubahan mindset mahasiswa agar memahami bahwa riset dan pengembangan diri adalah jalan penting menuju reputasi akademik dan profesional.
Program ini juga sudah dipublikasikan melalui laman resmi Kemahasiswaan UB, termasuk jadwal dan mekanisme seleksinya. Untuk prestasi, evaluasi dilakukan bersama forum WD 3 guna memetakan mana yang dibiayai universitas dan mana yang menjadi porsi fakultas. Sementara itu, proposal startup akan dinilai bersama tim kewirausahaan mahasiswa.
Memasuki 2026, satu elemen tambahan akan masuk ke dalam prioritas rektor: mental health development. “Mental health merupakan program sangat penting,” ungkapnya. Penguatan kapasitas mental mahasiswa akan menjadi elemen kelima selain prestasi, publikasi, penelitian, dan startup.
Dr. Sujarwo mengingatkan mahasiswa untuk tidak terlena. “Tantangan ke depan semakin kompleks. Tidak ada waktu untuk bersantai-santai,” tegasnya. Ia mendorong mahasiswa mengembangkan kompetensi hard skill dan soft skill, kemudian mengemasnya menjadi ide ilmiah atau gagasan bisnis.(Dpa/Din)










