KANAL24, Universitas Brawijaya (UB) memang bertetangga dengan masyarakat dari Kelurahan Ketawanggede, Dinoyo dan Kelurahan Penanggungan di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Lahan UB juga merupakan bagian dari kelurahan itu.
Karena itu langkah FISIP bekerjasama guna membangun branding Kelurahan Ketawanggede, khususnya warga RW 01sebagai “Kampung Cendekia Ketawanggede (KCK) merupakan langkah yang baik.
Pelaksanaan branding KCK itu diresmikan Rektor UB, Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR, MS bersamaan acara jalan sehat Dies Natalis FISIP-UB ke 16, kemarin (24/11) yang rute melalui jalan di Kelurahan Ketawangggede.
Kerjasama KCK ini merupakan inisiatif kampung lingkar kampus. Bertujuan membangun dan merawat kampung sebagai ruang ketahanan budaya, ekonomi dan bagian penting masyarakat Nusantara.
Cita-cita mulia itu disebutkan Koordinator Tim Branding KCK yang juga Panitia Dies Natalis FISIP-UB, Yusli Effendi merupakan langkah yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) PBB, untuk menjadikan kampung sebafai hunian urban yang inklusif, aman, berketahanan, dan berkelanjutan.
KCK diprogram mendasarkan kegiatan pada beberapa aktivitas meliputi literasi, edukasi masyarakat, dan komunikasi sosial.
Literasi ditujukan agar warga kampung memiliki kemampuan menciptabangun peluang secara mandiri untuk pemberdayaan ekonomi dan sosial, menuju kesejahteraan hidup individu maupun masyarakat.
Edukasi merujuk pada penciptaan pusat-pusat belajar masyarakat yang ramah, nyaman, dan memberdayakan semua warga, termasuk perempuan, lansia, anak-anak, dan penyandang disabilitas.
Komunikasi sosial diarahkan pada upaya membangun pola hubungan yang setara dan lebih akrab, sehingga mendekatkan jarak sosial antara warga kampus dengan warga kampung.
Prinsip dasar bertetangga baik (good neighborhood) ditinggikan dengan pemahaman bahwa kampung-kampus memiliki potensi tinggi untuk bersinergi, saling belajar dajam keterbukaan, dan membangun ekosistem sosial yang sehat dan inklusif.
Yusli mengakui, kerjasama ini terwujud melalui proses panjang, setelah berproses rembug warga 7 hingga 8 kali. Saat ini kegiatannya masih longgar, lebih ke pengabdian. Dimulai dengan identifikasi potensi dan modalitas kampung.
“Cukup lama ketika mencari konsensus soal identitas kampung. Sedang RW lain juga akan dirangkul dan dilibatkan secara bertahap,” tambahnya. (mondry)