KANAL24, Jakarta – Bank Indonesia (BI) optimistis momentum pertumbuhan ekonomi masih akan berlanjut pada 2020. Namun demikian, perang dagang Amerika Serikat-China yang belum usai serta krisis Eropa dan permasalahan neraca perdagangan Indonesia masih tetap menjadi perhatian khusus.
Di sisi lain, kebijakan fiskal dan moneter yang diambil Bank Indonesia maupun pemerintah dalam beberapa bulan terakhir, disebut akan mulai terasa manfaatnya tahun depan. Selain suku bunga kredit yang menurun, efek dari pelonggaran down payment (DP) rumah dan kendaraan juga bakal dirasakan mulai 2020.
“Transformasi ekonomi akan mendorong pertumbuhan lebih tinggi lagi, dengan defisit transaksi berjalan menurun dan inflasi rendah,” ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, di Jakarta, Kamis (28/11/2019) malam.
Dia mengungkapkan, berdasarkan perhitungan BI, pertumbuhan ekonomi 2020 diperkirakan meningkat di kisaran 5,1-5,5 persen dengan tingkat inflasi yang tetap terjaga di rentang 3,0+1 persen.
Adapun defisit transaksi berjalan 2020, kata dia, berada di kisaran 2,5-3 persen dari PDB, di mana surplus transaksi modal dan finansial tetap besar sehingga mendukung stabilitas eksternal. “Nilai tukar rupiah pada 2020 juga diperkirakan bergerak stabil,” kata dia.
Kemudian untuk pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan, diperkirakan meningkat 8-10 persen, sementara pertumbuhan kredit diprediksi 10-12 persen.
“Perbaikan ini sejalan dengan turunnya suku bunga dan membaiknya prospek ekonomi. Dalam jangka menengah, prospek ekonomi Indonesia akan semakin baik,” ucapnya. (sdk)