KANAL24, Malang – Bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan kapabilitas mahasiswa, Prodi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian UB menggelar Student Symposium (5/12/2019) di Gedung Widyaloka UB. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan oleh mahasiswa mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat Dalam Agribisnis (PMDA). Koordinator Praktikum, Fitrotul Laili, Sp., Mp kepada kanal24.co.id mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan dari Lab. Sosiologi Pedesaan dan Pemberdayaan Masyarakat (SP2M) Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian UB.
Student Symposium diikuti oleh 443 mahasiswa angkatan 2017 baik dari UB Malang maupun UB Kediri. Mahasiswa-mahasiswa tersebut melakukan pemberdayaan ke 9 desa baik yang ada di Kabupatan Malang maupun di Kediri. Desa-desa tersebut adalah Desa Pakisjajar, Desa Borogondang, Desa Sumbersuko (Wagir), Desa Ngenep, Desa Gubuk Klakah, Desa Kucur, Desa Tawangargo, Desa Bulusari, dan Desa Selopanggung. Terdapat beberapa kelompok yang melakukan pemberdayaan di satu desa tetapi tentunya dengan program yang berbeda.
Laili menjelaskan pada symposium ini, mahasiswa mempresentasikan hasil dari pemberdayaan tersebut, seperti desa tujuan mereka seperti apa dan menceritakan gambaran umumnya. Kemudian mahasiswa menceritakan masalah dan potensi yang ditemukan sampai akhirnya merumuskan program yang sesuai dengan keadaan desa tersebut. Mahasiswa menjelaskan pelaksanaan program-programnya.
“Kegiatan Pemberdayaan ini telah berlangsung dari bulan September-November 2019. Program pemberdayaannya kami lombakan, jadi mana program yang terbaik maka akan menerima reward berupa piala dan uang pembinaan,” tambahnya.
Untuk juri yang menilai pada symposium ini, merupakan dosen pengampu mata kuliah PMDA dan ada juri tamu dari PT. Petrokimia Gresik.
“Symposium ini bertujuan sebagai wadah bagi mahasiswa untuk mempresentasikan dan menunjukkan rangkaian kegiatan pemberdayaan yang telah dilakukan. Harapannya, dapat mendorong mahasiswa untuk terus meningkatkan dan mengembangkan soft skill serta kompetensinya sebagai fasilitator pemberdayaan,” pungkas Laili. (meg)