KANAL24, Malang – Isu lingkungan di Indonesia terutama untuk kaum milenial masih menempati posisi ke 4. Diungkapkan oleh Syahirul Alim, S.Sos. M.Si Ketua Pusat Kajian Perubahan Lingkungan FISIP UB. Menurutnya, isu lingkungan bagi kaum milenial masih belum bisa mengalahkan isu politik yang menempati posisi pertama, isu agama di posisi kedua, dan isu budaya di posisi ketiga.
Kepekaan masyarakat Indonesia terhadap isu lingkungan sangatlah rendah. Hal ini juga dibuktikan contohnya pemberitaan seputar lingkungan di media kurang mendapatkan value. Kecenderungan masyarakat hanya dibuat sekedar tahu terkait plastik, isu soal buang sampah, ekosistem laut yang berkurang.
Masyarakat kurang merasakan contoh fenomena gagal panen akibat perubahan iklim, kemudian karbon yang itu juga menyebabkan perubahan iklim. Masyarakat tidak sadar bahwa rentetan apa yang sudah dilakukan terkait energi dan buang sampah sembarangan menyebabkan perubahan iklim yang sebenarnya dampaknya kembali ke mereka sendiri.
Menurut dosen komunikasi tersebut, justru negara-negara maju yang cenderung lebih aware terhadap isu lingkungan. Contohnya, Australia dan Swedia yang bahkan ada seorang pemuda demo sendirian tentang climate change. Artinya kepekaan isu-isu lingkungan di negara maju cenderung lebih tinggi daripada di negara berkembang. Kemungkinan penyebab dari masalah tersebut adalah karena kurangnya literasi lingkungan.
“Contohnya di FISIP kemarin kita riset, di gazebo FISIP sudah disediakan tempat sampah organik dan non organik kemudian juga sudah disediakan water dispenser. Tetapi hasilnya mahasiswa mengisi air masih menggunakan botol plastik sekali pakai dan masih banyak sampah yang belum terpilah. Jadi, masalahnya bukan pada infrastruktur tetapi lebih kepada human yang kurang aware,” jelasnya.
Solusi yang diberikan oleh pemerintah masih sangat formalis seperti workshop, sosialisasi, dan diseminasi, untuk pendekatan human to human kurang. Oleh karena itu, solusi konkrit dari pemerintah terkait isu lingkungan sangat dibutuhkan. (meg)