KANAL24, Jakarta – Meski di paruh pertama 2019, PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) membukukan pendapatan anjlok, perseroan optimis menargetkan pendapatan akhir tahun bisa ditutup positif.
Adapun pendapatan TOPS merosot 53,74% year on year (yoy) menjadi Rp386,18 miliar dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp834,94 miliar.
Menurut Wakil Direktur Utama TOPS, Joni, perusahaan memang merasakan tekanan yang cukup berat di tahun ini. “Tahun 2018 hingga 2019 politik dalam negeri sedang memanas membuat sektor properti lesu,” jelasnya seperti dikutip Kontan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (23/12/2019).
Joni mengakui kebanyakan proyek yang di 2018 adalah carry over dari proyek di 2017. Meski begitu, akhir tahun ini sektor properti sudah mulai lebih baik dan undangan tender lebih banyak. Adapun hingga saat ini perolehan kontrak TOPSRp2,3 triliun atau 91% dari target kontrak yang sebesar Rp2,5 triliun.
Walaupun di paruh pertama tahun ini perusahaan membukukan pendapatan yang minus hingga 53,74% tetapi akhir tahun akan ditutup positif. “Tidak minus, tetap positif tapi hanya mampu tumbuh sedikit atau hanya single digit,” ujar Joni.
Keuangan
TOPS
di semester I/2019, menunjukkan labanya turun 3% yoy menjadi Rp60,39 miliar. Meski pendapatannya turun signifikan, labanya tidak ikut anjlok lantaran ada beberapa proyek dari usaha lain yang bisa menyelamatkan laba. Tapi Joni tidak membeberkan lebih jauh apa saja proyek tersebut.
Sementara TOPS tahun depan membidik kontrak baru sebesar Rp3 triliun hingga Rp4 triliun. Adapun di awal tahun depan TOPS masih mengikuti proses tender dengan pipline sebesar Rp9 Triliun.
“Di awal tahun 2020 sudah ada beberapa proyek dengan besaran negonya Rp 2 triliun,” jelas Joni.
Proyek itu antara lain dari repeat order oleh partner sebelumnya untuk membangun high rise building di Lampung dan Jakarta. Dua proyek tersebut adalah Syariah Office Tower Agung Sedayu Group di Lampung dan Sky House Alam Sutera.
Joni juga menambahkan, strategi untuk mendapatkan kontrak di 2020 yaitu memanfaatkan repeat order dari owner proyek sebelumnya. Joni mencontohkan seperti Agung Sedayu Group dan Agung Podomoro Group. (sdk)