oleh | Akhmad Muwafik Saleh
5. Inovasi telah menjadi fitrah manusia yaitu semenjak awal rencana penciptaan manusia telah mendapat penolakan dari malaikat atas rencana tersebut. Penolakan atas rencana penciptaan manusia menandakan atas apa yang akan dicipta adalah sesuatu yang baru. Sementara malaikat yang melakukan protes masih berpersepsi sebagaimana penciptaan makhluk sebelumnya. Sementara karya cipta baru ini adalah sesuatu yang benar-benar baru, yaitu terbuat dari tanah liat, bukan dari cahaya atau api sebagaimana karya cipta sebelumnya. Serta karya cipta baru ini diberi kemampuan yang juga berbeda sama sekali yaitu dengan diberikannya 2 potensi sekaligus yaitu akal dan hawa nafsu. Sebagaimana disebutkan dalam teks sumber wahyu:
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah, Ayat 30)
Dengan segala keunikannya, manusia dicipta dengan mematahkan skeptisme masa lalu melalui nilai tambah yang spesifik. Sebagaimana Firman Allah swt :
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” (QS. Al-Baqarah, Ayat 31)
Demikian pula, apa yang Allah ciptakan melalui proses sempurna penciptaan yaitu dengan adanya pertemuan sel sperma dan ovum, ada pula yang dicipta tanpa sel sperma ayah bahkan ada pula yang tanpa adanya ayah dan ibu, namun dicipta dari tanah liat dengan kuasaNya, “Kun !, fayakun”.
Fakta penciptaan ini sebenarnya ingin mengajarkan tentang pentingnya inovasi dalam setiap tindakan dan keputusan termasuk dalam kegiatan pelayanan. Melalui inspirasi ayat tersebut Lembaga pelayanan ditantang untuk dapat mencipta inovasi, hal yang baru dalam pelayanan dengan melihat berbagai kelemahan dari realitas pelayanan sebelumnya. Inovasi haruslah benar-benar baru dengan segala potensi dan kelebihan spesifik berupa nilai tambah (added value) yang jauh lebih banyak memberikan kemanfaatan bagi publik.
Makna selanjutnya memberikan kesan bahwa setiap inovasi yang ditawarkan pada awalnya pasti akan berhadapan dengan penolakan dari kelompok masyarakat. Namun demikian, inovasi harus terus diajukan dengan menampilkan keunggulan yang tidak pernah ada sebelumnya serta menghadirkan potensi serta keunggulan pembeda (competitive advantage) dari inovasi yang ditawarkan untuk menyelesaikan persoalan kebutuhan masyarakat. Keunggulan pembeda inilah yang akan mampu merubah penolakan menjadi dukungan.
6. Sikap kreatif dan Inovasi akan muncul manakala ada sebuah tantangan. Allah swt menantang manusia untuk membuat inovasi baru dalam karya cipta dengan penciptaan lalat.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٞ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥٓۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَن يَخۡلُقُواْ ذُبَابٗا وَلَوِ ٱجۡتَمَعُواْ لَهُۥۖ وَإِن يَسۡلُبۡهُمُ ٱلذُّبَابُ شَيۡـٔٗا لَّا يَسۡتَنقِذُوهُ مِنۡهُۚ ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ وَٱلۡمَطۡلُوبُ
Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah. (QS. Al-Hajj, Ayat 73)
Tantangan adalah suatu tindakan untuk menggugah kemampuan manusia dalam mewujudkan sesuatu. Secara kontekstual, perubahan jaman adalah suatu tantangan. Perubahan jaman, baik karena perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih disaat segala bentuk aktifitas manusia terkoneksi dengan internet serta beraplikasi sebagaimana era industri 4.0 saat ini yang kemudian merubah realitas masyarakat menjadi sangat membutuhkan pelayanan yang super cepat sebagaimana dalam realitas society 5.0 ini maka pelayanan publik harusnya juga perlu melakukan revolusi dalam pelayanan melalui berbagai inovasi layanan. Sebagaimana Allah menantang manusia untuk membuat lalat kecil dalam ayat tantangan di atas.
7. Inspirasi inovasi dalam teks sumber wahyu juga terdapat dalan kisah Nabi Sulaiman yaitu disaat beliau memerintahkan pasukannya untuk memindahkan singgasana ratu Balqis. Jin menawarkan perpindahan singgasana sebelum tempat duduknya dingin. Namun seorang alim wali Allah, pada masa itu yang bernama Asif bin Barkhiyah menawarkan waktu sekejab, dalam satu kedipan mata, singgasana ratu Balqis sudah bisa dipindah. Namun Nabi Sulaiman meminta agar sebelum kedatangan ratu Balqis singgasana tersebut sudah dilakukan perubahan bentuk dan tampilan. Sebagaimana disebutkan dalam teks sumber wahyu:
قَالَ نَكِّرُواْ لَهَا عَرۡشَهَا نَنظُرۡ أَتَهۡتَدِيٓ أَمۡ تَكُونُ مِنَ ٱلَّذِينَ لَا يَهۡتَدُونَ
Dia (Sulaiman) berkata, “Ubahlah untuknya singgasananya; kita akan melihat apakah dia (Balqis) mengenal; atau tidak mengenalnya lagi.” (QS. An-Naml, Ayat 41)
Secara kontekstual, ayat tersebut memberikan sebuah kesan tentang pentingnya kreatifitas dan inovasi atas suatu pelayanan. Nabi sulaiman ingin menampilkan suasana yang benar-benar baru saat akan menjamu tamunya, yaitu ratu Bilqis. Suasana baru dimaksudkan untuk membuat takjub mereka. Inovasi pelayanan dimaksudkan agar masyarakat yang dilayani merasa nyaman sekaligus mampu menghadirkan rasa takjub sehingga timbul sense of belonging atas lembaga layanan sebagai modal membangun rasa percaya diri terhadap suatu kota atau daerah dimana mereka tinggal.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB