KANAL24, Malang – Dampak corona-virus terhadap perekonomian global memang mulai terasa di berbagai negara. Dimulai dari dampaknya terhadap sektor pariwisata, hingga pada akhirnya sampai juga ke lantai bursa. Tapi, jangan panik! Berikut ini checklist mengelola investasi di masa waspada.Zapfinance membagikan tips untuk anda.
1. Jangan panik!
Bursa di Indonesia sudah pernah mengalami kondisi hampir serupa saat menghadapi krisis tahun 1998 dan 2008. Bagi yang memperhatikan sejarah pasti paham bahwa dalam jangka panjang, hasil investasi berbasis saham tetap baik untuk saham berfundamental baik. Hal yang perlu dipastikan, cukupkah dana darurat kita?
2. Evaluasi dan atur ulang portofolio aset investasi.
Dengan kondisi IHSG yang sedang turun, hampir pasti saldo aset investasi yang berbasis saham akan mengalami penurunan yang signifikan. Apakah waktunya cut-loss ? Mari kembali ke konsep tujuan keuangan. Untuk apa dana investasi ini sebenarnya akan digunakan? Jika investasi ditujukan untuk 10 tahun kedepan, maka dana investasi yang sudah turun hingga 10% sebaiknya tidak dicairkan. Adapun untuk dana yang turunnya belum sampai 10% dapat dipindahkan sementara di instrumen yang berbasis pasar uang seperti reksa dana pasar uang atau pun deposito.
3. Tetap melakukan penyebaran aset investasi.
Diversifikasi aset investasi sangat penting dilakukan setiap saat. Penyebaran aset investasi sebaiknya berdasarkan kemudahan untuk dijual kembali, kemungkinan fluktuasi nilai investasi dalam jangka pendek, serta aset yang tidak dipengaruhi oleh sistem lembaga keuangan. Jadi, setiap rumah tangga disarankan untuk memiliki tabungan atau deposito, reksa dana pasar uang, logam mulia, aset berbasis saham dan jika memungkinkan, properti. Komposisinya bergantung pada profil risiko masing-masing sebagai investor.
4. Tetap berinvestasi dengan konsep berkala.
Teknik ini mengajak kita membeli atau berinvestasi di sebuah produk keuangan yang sama secara rutin setiap bulan dengan jumlah Rupiah yang sama. Sisi positif dari penurunan IHSG adalah kita berkesempatan untuk membeli instrumen berbasis saham dengan harga lebih rendah. Tetapi, jangan gegabah juga untuk memginvestasikan semua dana yang dimiliki kedalam instrumen berbasis saham.
5. Hindari spekulasi jangka pendek.
Investasi sangat berbeda dengan spekulasi. Saat ini cukup banyak orang yang melakukan aksi membeli Dolar Amerika dengan harapan kurs Rupiah terus melemah sehingga dapat mengambil keuntungan dalam jangka pendek. Atau, banyak juga yang melakukan serok saham padahal kondisi dana darurat tidak mumpuni. Dalam situasi tidak menentu, saya sarankan untuk menghindari praktik spekulasi terutama bagi investor awam.
Mari belajar dari situasi hampir serupa di lantai bursa saat terjadi krisis subprime mortgage di tahun 2008. Sebuah studi yang dilakukan oleh ZAP Finance atas perbandingan investasi secara berkala dengan investasi secara sekaligus untuk periode Oktober 2008 hingga Oktober 2012 ke sebuah reksa dana saham mengungkapkan fakta bahwa cara berinvestasi yang memberikan hasil optimal adalah investasi secara berkala. Sedikit catatan, optimal itu berbeda dengan maksimal. Tidak seorang pun dapat memprediksi waktu tepat berinvestasi yang dapat memberikan hasil paling maksimal.(sdk)