oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Pesan komunikasi yang diproduksi oleh seseorang selalu memiliki dua dampak bagi audien yaitu berdampak positif sebagai suatu informasi (derajat ketidakpastian atas suatu objek) yang dapat membuka sedikit tabir atas suatu peristiwa yang menjadikan seseorang lebih mengetahuinya. Disisi yang lain , pesan komunikasi bisa berdampak negatif manakala tidak tepat penggunaannya serta jika diterima olah orang yang tidak tepat pula.
Media informasi seperti medsos telah menjadi media yang sangat efektif menyebarkan berita. Setiap orang saat ini telah mampu memproduksi sendiri berita. Mereka dapat seketika memberitakan apapun yang dialaminya bahkan apapun yang dipikirkannya. Sehingga manakala masyarakat memiliki tingkat kedewasaan dalam mensikapi sesuatu maka mereka tentu akan memproduksi infornasi yang bermanfaat bagi masyarakat dengan mempertimbangkan aspek nilai kemanfaatan dan kemudharatan atas apa yang dia produksi atau akan dia share kwmbali. Namun sebaliknya bagi mereka yang kurang cerdas maka informasi akan direspon secara emosional tanpa mempertimbangkan dampak dari produksi pesan dan penyebaran pesan. Baginya adalah bagaimana menjadikan dirinya sebagai orang pertama dalam menyebarkan pesan dan dengan begitu dia telah merasa sebagai pahlawan informasi dengan tanpa mempertimbangkan dampaknya.
Kelompok yang kedu ini secara tidak sadar sebenarnya telah ikut memproduksi rasa ketakutan dan kecemasan massal melalui penyebaran pesan medsos yang terus menerus hingga menjadi sangat mengerikan sehingga hal ini jauh lebih menakutkan daripada virus corona itu sendiri. Seperti sebuah video pendek yang menceritakan tentang pola penyebaran virus corona ini yang menggambarkan penyebaran berantai dengan hanya sebuah sentuhan pada suatu benda yang membuat setiap orang seakan otomatis terjangkiti penyakit. Benarkah demikian..?? Wallahu a’lam. Namun suatu hal yang pasti bahwa hal demikian telah mampu membuat konstruksi rasa ketakutan dan kecemasan yang berlebihan dalam diri setiap orang hingga meminuskan rasa kepercayaan atas orang lain disebabkan produksi dan distribusi pesan yang terus menerus tiada henti, seakan orang sedang dibombardir tanpa ampun oleh berita corona dengan segala kengeriannya.
Secara kontekstual, apabila kita amati lalu lintas informasi tentang kasus virus corona ini. Maka kita melihat bahwa pemberitaan kasus wabah virus corona ini telah berdampak pada perilaku masyarakat dalam mensikapinya. Setidaknya masyarakat terbagi dalam beberapa kelompok :
1. Kelompok rasional yaitu orang yang mensikapi pemberitaan tentang wabah ini secara dewasa. Mereka menjadikan beragam berita kasus yang berkembang sebagai informasi penting dalam mengambil upaya pengambilan kepuuusan. Kelompok ini berupaya memilah informasi dengan selektif, tepat dan penuh hati-hatian. Mereka tidak mudah percaya begitu saja atas informasi yang berkembang. Mereka melakukan cross check atas validitas berita. Mereka tidak mudah sharing berita sebelum dilakukan validasi dengan mempertimbangkan nilai keterpercayaan berita.
2. Kelompok yang over confident yaitu seseorang yang “terlalu percaya diri” dengan berdiri dibalik narasi ketawakkalan, seraya melemparkan narasi bahwa jangan takut dengan virus, jika taqdirnya yaa pasti akan mati juga. Seorang yang demikian seakan ingin menunjukkan kesombongannya bahwa dirinya kebal atas penyakit.
3. Kelompok paranoid, yaitu kelompok masyarakat yang sangat ketakutan dan panik akan dampak virus ini yang disebabkan terlalu banyaknya informasi yang berseliwernnya yang memberitakan kasus ini. Sehingga melahirkan sikap berlebihan dalam diri mereka dalam memperlakukan dirinya dan berinteraksi dengan orang lain. Hingga pada taraf mulai tidak percaya pada keberadaan orang lain.
4. Kelompok yang cuek, yaitu orang yang tidak mau tahu atas apapun yang terjadi disekitar sekalipun bumi berguncang mereka tetap tidak mau peduli. Bahkan kasus yang berkembang dijadikannya sebagai bahan olokan.
Lalu kita termasuk yang mana..?. Tentu pilihan bijaknya adalah menjadi kelompok yang pertama yaitu betindak rasional dengan memilah informasi sebagai acuan bersikap. Sementara bersikap cuek tentu adalah tindakan bunuh diri karena menyerahkan diri secara ikhlas atas keganasan virus yang tak tampak ini. Bukan sikap yang bijak manakala bertindak sombong atas wabah ini dengan tindakan terlalu percaya diri sehingga mengurangi kewaspadaan. Bersikap takut adalah hal wajar karena memang tidak ada satupun orang yang ingin sakit atau bahkan meninggal, namun bersikap takut berlebihan hingga paranoid atas virus ini maka hanya akan melahirkan kecemasan dalam diri. Suasana takut dan cemas yang berlebihan inilah yang akan menurunkan imunitas tubuh yang membuat virus corona mudah menyerang. Jadi, sebenarnya bukan semata virus corona yang menakutkan, namun kecemasan dan kepanikanlah yang jauh mengerikan karena sebab cemas dan panik maka imunitas tubuh akan menjadi melemah hingga akhirnya memudahkan penyakit menyerang dan mengantarkan menuju pintu gerbang kematian. Jadi, virus yang mematikan itu bukanlah corona, melainkan kecemasan dan kepanikan anda ‼. Na’udzu billahi min dzaalika.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB