KANAL24, Malang – Beberapa daerah di Jawa Timur mengalami penurunan permukaan tanah. Demikian disampaikan oleh Ketua Grup Riset Geoinformatika Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) Universitas Brawijaya (UB) Fatwa Ramdani, D.Sc., S.Si., M.Sc berdasarkan hasil penelitian data satelit oleh Grup Riset Geoinformatika.
Penurunan permukaan tanah di Jawa Timur, disebabkan karena faktor alami ataupun buatan (manusia). Faktor buatan justru menimbulkan dampak masif atau berskala besar dibandingkan faktor alam.
Contoh daerah yang mengalami penurunan permukaan tanah akibat faktor buatan adalah daerah Surabaya bagian Utara dan Gresik. Penyebabnya adalah tingginya pembangunan infrastruktur, industrialisasi, serta eksploitasi air tanah.
Sementara penurunan permukaan tanah karena faktor alam dialami oleh daerah Malang Selatan. Hal ini dikarenakan daerah tersebut berada di daerah patahan lempeng bumi.
“Kondisi penurunan permukaan tanah di wilayah Surabaya sudah divalidasi BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Penurunan permukaan tanah ini bisa memberikan dampak negatif seperti banjir, longsor hingga robohnya infrastruktur,” ujarnya.
Bersifat continue atau dapat meluas, fenomena ini memerlukan perhatian dari pemerintah setempat. Kerjasama yang baik antara peneliti dan pemerintah harus dilakukan untuk mencerdaskan masyarakat dan meningkatkan kepedulian menjaga kondisi lingkungan.
Peneliti diharapkan lebih banyak menyebarluaskan data dan informasi kepada masyarakat sebagai bentuk pencerdasan kontribusi pengabdian. Sementara pemerintah, bisa menjalankan fungsi kontrol dan penegakan hukum yang baik. Karena menurut Fatwa selama ini meskipun hukum tentang perlindungan lingkungan atas dampak pembangunan sudah ada, namun penegakan dan kontrolingnya di Indonesia masih tergolong lemah.
“Pemerintah harus tegas dan jelas ketika ada upaya pembangunan suatu gedung, harus disesuaikan dengan kondisi tanah dan airnya. Pemerintah perlu juga memberikan insentif kepada masyarakat atau pengusaha yang telah melakukan konservasi air tanah ataupun berkontribusi pada pelestarian lingkungan,” lanjutnya.
Sementara itu, masyarakat dapat berperan aktif dengan membuat sumur resapan, melakukan penghijauan di tingkat rumah tangga dan melakukan sistem pemanenan air hujan. Maksudnya, tidak membiarkan air hujan langsung terbuang ke saluran drainase melainkan dapat masuk ke dalam tanah.
Salah satu caranya dengan memanfaatkan tanah kosong untuk penghijauan alih-alih untuk membangun gedung, sehingga tanah dan air bisa tertahan dan penurunan permukaan tanah dapat berkurang. (meg)