KANAL24, Malang – Pandemi COVID-19 yang menyebabkan masyarakat harus stay at home atau bekerja dari rumah memunculkan stressor atau tekanan baru, dan hal ini tidak hanya dialami oleh orang tua namun juga anak-anak terutama dengan banyaknya tugas yang diberikan dari pihak sekolah. Demikian pernyataan dari Psikologi Universitas Brawijaya, Ary Pratiwi, S. Psi., M. Psi.
Adanya tugas yang biasanya dikerjakan siswa di sekolah, namun saat belajar di rumah mereka harus mengerjakan berbagai macam tugas sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan ditambah harus online di jam yang ditentukan membuat anak punya tekanan sendiri pada anak.
Begitupun bagi para pekerja, kerja di rumah atau Work From Home juga menyebabkan pola jam kerja berubah, dari biasanya pagi sampai siang, kini bisa menjadi malam bahkan tengah malam. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya stress, orang tua diharapkan tetap meluangkan waktu bermain terutama bersama keluarga.
“Dengan tetap meluangkan waktu bersama keluarga, kegiatan ini dapat menciptakan hati yang gembira. Karena hati yang gembira adalah obat di masa pandemi seperti saat ini,” kata Ary.
Meski memunculkan tekanan sosial baru, namun Pengamat Komunikasi Universitas Brawijaya, Maulina Pia Wulandari, S.Sos,. M.Kom., Ph.D mengakui kerja di rumah akibat pandemi COVID-19 membuat intensitas komunikasi antara anggota keluarga mengalami peningkatan.
“Anggota keluarga yang biasanya hanya berinteraksi pada malam hari. Di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini akan lebih banyak bertemu dan berkomunikasi. Sepasang suami istri yang biasanya bertemunya hanya pada malam hari, maka ketika ada penerapan WFH akan bertemu mulai pagi sampai pagi lagi hingga akhirnya bisa memperlihatkan sifat asli masing-masing,” jelasnya Sabtu (23/5/2020).
Akan tetapi, meningkatnya intensitas komunikasi tersebut tidak selalu dibarengi dengan kualitas komunikasi. Kondisi ini tergantung dengan kondisi psikologi masing-masing keluarga. Pia menjelaskan, anggota keluarga yang dalam kondisi si ayah baru saja terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tentu akan berpengaruh terhadap pola komunikasi. Oleh karena itu, dibutuhkan rambu-rambu yang harus dipahami saat berkomunikasi, terutama menyangkut hal-hal yang sifatnya sensitif.
“Jika mau bicara, jangan membicarakan perihal ekonomi. Boleh menyinggung tapi sedikit saja dan tidak sensitif membicarakan masalah uang,” tandasnya.(meg)