KANAL24, Surabaya – Sebanyak 3.192.871 tenaga kerja bekerja di sektor industry di Jatim. Dari jumlah itu, 2,607.228 orang atau 81,66 persen di antaranya terserap sebagai tenaga kerja di industri agro, sehingga hanya sebesar 585.643 atau 18,34 pekerja ini terserap di sektor industri non agro.
Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak, menjelaskan, saat ini jumlah usaha agro di Jatim sebanyak 675.487 buah atau 82,61persen, sedangkan usaha non agro di Jatim sebanyak 142.181 buah atau 17,39 persen dari jumlah total industri agro.
“Perkembangan Agro Industri cukup bagus dan sangat penting bagi Jatim. Karena dari 800.000 Industri kecil menengah (IKM), 82 persen di antaranya berasal dari sektor agro dan bisa mempekerjakan 2,607 juta orang,” ujar Wakil Gubernur Emil Dardak saat seminar dan diskusi dengan pakar Marketplace Hermawan Kartajaya, secara virtual, Kamis (18/6/2020).
Industri agro di Jatim terbesar bergerak di bidang hasil pertanian, kehutanan dan industri perkebunan. Seperti industri kayu, produk kayu, pulb, kertas, karet, kopra, kakau dan kelapa sawit. Selain itu juga industri makanan, hasil laut dan perikanan. Seperti industri makanan ringan. Lalu industri minuman, tembakau dan industri penyegar.
Melihat kontribusi cukup besar sektor agro industri terhadap penyerapan tenaga kerja, maka agar agro industri tetap eksis keberadaannya, diperlukan bahan baku yang kontinyu. “Kalau sektor penyuplay bahan baku dari pertanian berhenti di hulunya maka di hilir akan terpukul. Oleh sebab sektor pertanian di hulu menjadi perhatian kompetitifnya pemerintah. Semakin kompetitif di hulu akan berdampak semakin kompetitif di hilir,” imbuhnya.
Selama ini sektor hulu pertanian terkendala oleh karena 75 persen tenaga kerjanya dari kalangan tua dan rata rata mereka lulusan SD. Sementara kalangan muda yang terjun sebagai tenaga kerja di hulu pertanian akan berhadapan dengan kalangan tua.
“Ini menjadi tantangan besar untuk meningkatkan perubahan di hulu, apa lagi ada agro komoditi yang membutuhkan komoditi baru dengan teknologi baru. Ini perlu untuk meyakinkan yang tua untuk bisa memberikan peluang bagi kalangan muda,” tuturna.
Saat ini aktivitas ekspor perdagangan antar provinsi di sektor komoditi agro, Jatim antara lain mengekspor gula pasir, tepung terigu, tepung tapioka, minyak kelapa sawit, pakan ternak, sayuran dan cabai, beras dan mie instan. Sedangkan Jatim mendatangkan dari provinsi lain seperti produk kopra, kelapa, CPO, kayu, rotan, mente, bungkil kelapa sawit, tembakau, cengkeh, kalau dan rumput laut.
Sektor agro sendiri kontribusinya terhadap ekspor nonmigas selama empat tahun terakhir sekitar 20-22 persen. Sementara sektor agro kontribusinya terhadap impor nonmigas sekitar 15-18 persen. “Jadi impor agro masih lebih kecil dari ekspor agro industri Jatim,” tuturnya.
Pemikiran dan ide-ide kreatif dari Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak tersebut mendapat respon positif dari pakar Marketplace Indonesia, Hermawan Kartajaya. Kegiatan seminar dan diskusi melalui vidcon ini juga diikuti oleh lima bupati di Jatim. Antara lain, Bupati Trenggalek, Nganjuk, Pasuruan1, Pamekasan dan bupati Banyuwangi.(sdk)