KANAL24, Jakarta – PT Kalbe Farma Tbk., (KLBF) berhasil membukukan pertumbuhan laba inti paruh I-2020 (1H20) sebesar 7% (yoy), meskipun dihantui kekhawatiran dampak Covid-19. Efisiensi iklan dan promosi (A&P) dan pemotongan pajak perusahaan membantu mendongkrak kinerja.
“Penjualan obat yang diresepkan (obat resep) diperkirakan akan meningkat pada kuartal III-2020 (3Q20) dan seterusnya. Kenaikan harga rata-rata penjualan (ASP) dapat mengurangi penurunan marjin laba bersih (GPM) meskipun harga bahan farmasi aktif (Active Pharmaceutical Ingredient [API]) meningkat,” tulis analis Tim Riset Indo Premier, Kevie Aditya, Elbert Setiadharma, dalam kesimpulan hasil kajiannya, Senin (3/8/2020).
Mereka merekomendasikan KLBF sebagai pilihan teratas untuk bersikap defensif, karena prakiraan pertumbuhan laba sepanjang 2020 (FY20F) yang solid, sebesar 6% (yoy) masih tetap utuh. ” Maintain Buy dengan target harga (TP) yang tidak berubah,” Kevie dan Elbert.
KLBF membukukan pertumbuhan pendapatan 1H20 yang solid meskipun dihantui pandemi Covid-19. Pertumbuhan laba bersih inti mencapai 7,0% yoy di 1H20 (atau naik 8,5% yoy di 2Q20), sejalan dengan 51% estimasi Tim Riset dan estimasi konsensus (lebih ringgi dari rata-rata 3 tahun sebesar 50%).
Tim Riset mencatat, meskipun rata-rata penjualan 2Q20 sebesar Rp5,8 triliun ( flat , yoy) dan GPM turun 70bps, marjin EBIT 2Q20 meningkat menjadi 15,4% (naik 67bps yoy, atau 130bps qoq). Kondisi tersebut, “Sebagian besar disebabkan oleh penurunan biaya A&P sebesar 45bps yoy menjadi 7,6% dari penjualan. Dalam pandangan kami, ini dimungkinkan karena keterlambatan peluncuran produk konsumernya,” ungkap Kevie dan Elbert.
Sebagaimana disebutkan dalam catatan sebelumnya, penjualan obat resep KLBF menurun sebesar 11% yoy, terutama karena kunjungan pasien non-Covid-19, ke rumah sakit yang lebih jarang. Meskipun demikian, penjualan produk kesehatan konsumer naik 9,1% yoy di 2Q20, mengimbangi kerugian penjualan obat resep. Sementara itu, penjualan produk nutrisi cenderung mendatar secara yoy, dan distribusi penjualan membukukan penurunan sebesar 3,2% yoy.
“Dengan meningkatnya pasien rawat jalan di rumah sakit dan peningkatan daya beli secara bertahap dari posisi terendah 2Q20, kita akan melihat bahwa penjualan secara keseluruhan akan meningkat pada 2H20. KLBF baru-baru ini merevisi panduan pertumbuhan penjualan FY20F menjadi 4-6% (dari sebelumnya 6-8%), yang sejalan dengan perkiraan kami sebesar 5%,” papar Kevie dan Elbert.
Dengan memperhatikan perhitungan tersebut, Tim Riset menempatkan KLBF sebagai pilihan terbaik untuk bersikap defensif; Maintain Buy dengan TP Rp1.750.
“KLBF menghasilkan pertumbuhan luar biasa di 1H20 di tengah pandemi Covid-19 dan sejalan dengan estimasi kami untuk mencapai pertumbuhan pendapatan 6,4% dan 7,7% yoy di FY20 dan FY21F. Risikonya adalah depresiasi lebih lanjut dalam Rupiah.” (sdk)