“Bukan ilmu yang seharusnya mendatangimu, tapi kamu yang seharusnya mendatangi ilmu.”(Imam Malik)
Halo selamat pagi semuanya. Jumpa lagi dengan coretan pena saya nan sederhana. Ijin berbagi cerita kecil lewat aksara, berharap semoga Anda tidak bosan membacanya. Yuk, simak tulisan selanjutnya di bawah ini.
Tidak dipungkiri bahwa pekerjaan saya sekarang ini tidak bisa lepas dari kegiatan yang berbau akademis. Kegiatan rutin yang dilakukan di kesehariannya seputar belajar dan mengajar. Setidaknya saya harus menyampaikan ulang tentang sesuatu yang saya pelajari kepada mahasiswa saya di dalam kelas kuliah.
Nah, pada level mengajar ini. Kadang ada perasaan samar yang muncul dalam benak saya. Yaitu perasaan tidak layak mengajar karena minimnya pengetahuan yang dimiliki meski saja telah banyak membaca informasi dan buku terkait mata kuliah yang disampaikan. Selain itu kadang muncul juga perasaan tidak terampil dalam meng handling kelas mahasiswa, karena tidak banyak melakukan penelitian terkait bidang keilmuan yang dikuasai.
Berkenaan dengan fenomena di atas. Saya sendiri perlu berkaca bagaimana para suksesor di bidang akademis menempa dirinya untuk menjadi mahir dalam bidangnya. Yaitu pada jalur akademik yang merupakan profesi dan pekerjaan utamanya.
Seringkali saya mengamati senior, mengamati para akademisi sukses, dan mengamati para influencer yang berhasil menancapkan kiprah dan pengaruhnya dalam bidangnya terutama dalam bidang akademik sebagai seorang akademisi.
Ada kesadaran berinvestasi yang dilakukan oleh mereka. Untuk secara sadar dan merelakan dirinya berproses, bertumbuh kembang lebih maju, menempa dirinya menuju kepada level yang seharusnya. Dan sedikit banyaknya saya berusaha mencontohnya, saya melakukan ATM; amati tiru dan modifikasi untuk saya terapkan pada diri sendiri!
Investasi pada hal apa sajakah mereka? Pengamatan yang saya lakukan di antaranya, mereka memilih berinvestasi pada bidang sebagai berikut:
#Pertama: Investasi Keilmuan
Tidak jarang saya sering melihat, bahwa kolega, senior, dan para influencer terdepan dalam bidang akademik itu. Mereka mudah untuk belajar hal baru, mereka memiliki mindset tidak status quo, hanya puas dengan ilmu yang dimilikinya. Mereka ingin selalu adaptif dengan lajunya ilmu pengetahuan. Mereka mudah tanpa pikir panjang untuk belajar hal yang baru, ikut Webinar, beli buku, dan mengikuti pelatihan yang memang ia butuhkan. Tujuan mereka ingin selalu mengasah kapak ilmunya agar selalu tajam, bisa digunakan untuk memberikan solusi atas beragam fenomena permasalah yang ada. Catatan pentingnya lagi, mereka tidak sulit keluarkan uangnya sendiri untuk berinvestasi. Dari perilaku dan contoh yang demikian menjadi cermin dan pembelajaran yang nyata pada diri saya sendiri, untuk bisa melakukan hal yang sama.
#Kedua. Investasi jejaring
Berinvestasi membangun jejaring persahabatan sesama kolega dalam bidang yang sama, bidang akademis. Untuk melakukan hal ini, sangat diperlukan kedewasaan sikap, dan keterampilan berkomunikasi, juga adanya spirit kolaborasi. Yang saya amati para senior, kolega yang sukses berkarir dalam jalur akademis, mereka memilik attitude yang kurang lebih sama, mudah memberikan kontribusi dan suka berpartisipasi baik diminta ataupun tidak di sebuah komunitasnya. Tidak jarang perilaku yang demikian bisa menjadi penyebab munculnya tawaran kerjasama datang kepada mereka, karena kiprah yang dilakukannya.
#Ketiga. Investasi membangun TIM.
Saya menyadari keberhasilan seorang pemimpin apabila bisa melahirkan pemimpin baru, kader baru yang lebih hebat darinya atau setidaknya sama. Pada kasus mereka para senior dan kolega akademis yang sukses di atas. Mereka juga melakukan hal yang sama. Mereka mengkader dan merekrut tunas-tunas baru yang potensial untuk bisa diajak kolaborasi mengembangkan ilmu pengetahuan. Mereka tidak segan, untuk membina, mendampingi, dan kadang mengajari bila di minta oleh tunas muda hasil rekrutannya, agar para tunas muda baru itu bisa menjadi figur sukses selanjutnya.
#Keempat. Investasi berbagi ilmu
Ada spirit besar di mereka para figur sukses di bidang akademis tersebut. Bahwa hanya dengan berbagilah akan mendapatkan sesuatu kembalian yang lebih banyak yang akan datang kepadanya. Berbagi ilmu yang didapatkan juga ilmu. Diakui ataupun tidak saat mereka berbagi ilmu di situ. Mereka akan mendapatkan feedback dan rekognisi, dari situlah kepakarannya pada sebuah bidang akan diakui di ruang publik. Ujungnya kembali kepada mereka lagi, tawaran kerjasama untuk memberikan kontribusinya pada ruang publik yang lebih luas dan orang yang lebih banyak terjadi.
Kiranya itulah sebuah cerita pagi ini yang bisa saya bagikan kepada Anda. Semoga bisa berkenan dan membawa inspirasi teruntuk kita semuanya.
Penulis : Agus Andi Subroto, Kandidat Doktor FEB UB dan Praktisi Manajemen Embongan