KANAL24, Malang – Fakultas pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) menggelar webinar nasional bertajuk Prospek dan Tantangan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Era Distruption, senin (31/8/2020). Sebanyak kurang lebih 300 an peserta dari seluruh Indonesia mengikuti webinar ini.
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Nuhfil Hanani dalam sambutan pembukaannya menyampaikan bahwa desa harus mendapat perhatian lebih dalam hal pembangunan.
“Saya berharap dari webinar ini nanti kita lebih memperhatikan desa kita. Sebagian besar rakyat hidup di desa, sehingga kalau pertumbuhan pembangunan desa makin cepat, ekonomi tambah maju, maka Indonesia juga akan tambah maju,” katanya.
Nuhfil melanjutkan, di Indonesia melalui BUMDES ini diharapkan percepatan pembangunan di desa semakin bisa dilakukan.
Sementara itu salah satu pemateri webinar, Tri Wahyu Nugroho,SP.,M.Si mengatakan sesuai dengan nawacita Presiden, yakni membangun Indonesia dari pinggir. Ini yang dimaksud adalah dari desa dan BUMDES ini sebagai pemantik pertumbuhan ekonomi.
“Ruh asli BUMDES adalah perusahaan sosial. Tentu ini bukan sebuah kapitalism company tapi disitu ada aspek-aspek social enforcement ada pembangunan masyarakat, ada pemberdayaan masyarakat dan memang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat desa secara umum,” beber Tri Wahyu.
Menurutnya, masih banyak BUMDES yang mati suri, belum bergerak. Penyebab BUMDES gagal adalah kebanyakan BUMDES tidak punya rencana bisnis yang matang, kemudian juga tidak memiliki analisa usaha yang matang, padahal ini adalah kunci dalam usaha. Kemudian usaha yang dipaksakan atau hanya mengikuti trend viral. Misal, hanya menyediakan tempat-tempat selfie. Tapi perlu diketahui bersama bahwa paradigma yang dibangun masih desa wisata bukan wisata desa. Kalau desa wisata, maka orang akan berkeinginan untuk memanipulasi sesuatu yang ada di desanya menjadi sesuatu yang menarik untuk di foto supaya instagramable. Permasalahannya adalah orang sekali datang tidak ada kenangan, karena kenangannya sudah dibawa pulang dalam bentuk foto. Tetapi kalau wisata desa, itu berbeda artinya semua yang ada di desa itu adalah destinasi termasuk lelaku dari masyarakat desa itu bisa menjadi destinasi.
Selain itu, SDM kurang memadai, kemampuan manajerial penting, paling tidak, Direktur BUMDES harus bersertifikasi.
“Paradigma wisata desa atau desa wisata ini menjadi penting karena jangan sampai orisinalitas desa itu berubah karena harus menjadi desa wisata bukan orisinalitas itu yang dijual sebagai wisata desa. Kemudian BUMDES ini bukan panggung politik jangan sampai kalau kepala desanya ganti, Direktur BUMDESnya juga ganti,” tandasnya. (Meg)