KANAL24, Malang – Proses, progres, sukses dan dream, commitment, consistent menjadi motto hidup seorang Fathir Ibnu Fajar, owner dari nakamse’. Motto ini ia sampaikan di hadapan 1.119 mahasiswa baru vokasi Universitas Brawijaya pada hari kedua pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB), selasa (22/9/2020).
Fathir mengatakan bagaimana agar bisa survive di masa quarter life crisis bagi anak-anak muda, salah satunya adalah dengan membuka lapangan kerja atau berwirausaha atau berbisnis. Cara yang mudah untuk memulai sebuah bisnis adalah dengan metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).
“Menurut aku di tahun ini tidak akan ada industri baru dari segi bisnis. Sehingga mau tidak mau kita harus amati, tiru dan modifikasi, ini basicnya. Lebih peka terhadap lingkungan sekitar, jangan berhenti buat belajar. Karena sekarang orang gampang puas akhirnya tidak mau melihat peluang, jadi kalau di bisnis itu instingnya sudah harus keluar,” ujar Fathir.
Lanjutnya, persoalan modal seharusnya bukan menjadi halangan untuk memulai sebuah bisnis. Selama masih punya kaki, kita masih bisa mendapatkan modal salah satunya adalah dengan menggaet investor, dalam hal ini luasnya jaringan atau relasi yang dimiliki sangatlah penting. Namun, yang perlu diperhatikan sebelumnya adalah kita harus tau apa value dari produk yang ingin kita tawarkan ke investor.
“Jadi, kita harus mengetahui keunikan dari produk yang ingin kita jual, value dan forecastingnya seperti apa itu harus benar-benar diketahui dulu sebelum menawarkan ke investor. Hal ini jelas agar investor percaya dan bersedia untuk berinvestasi di produk kita,” imbuhnya.
Penting untuk diperhatikan juga adalah saat memulai bisnis, jangan terlalu banyak asumsi. Misalnya, ingin jualan nasi kotak tapi nanti takut tidak laku. Padahal prinsip dari seorang pengusaha adalah bagaimana agar produk yang tidak laku menjadi laku dibeli konsumen.
“Bisnis harus dikerjakan dan dinikmati prosesnya, tapi dari proses itu juga harus dirubah menjadi progres. Proses, progres, sukses, dan dream, komitmen, konsisten itu relate banget di hidup aku. Kita boleh punya mimpi tapi harus komit dan konsisten menjalani itu sampai mimpi itu achieve,” jelas Alumnus Vokasi UB itu.
Kemudian, Fathir juga menjelaskan tentang 3 bentuk diferensiasi di suatu produk. Pertama, diferensiasi pendek, semisal hanya berinovasi pada packagingnya saja sehingga mudah untuk ditiru orang lain. Kedua, diferensiasi jangka menengah, misalnya menjual produk makanan dari bahan baku yang sulit dicari, sehingga membuat orang lain tidak gampang untuk menirunya. Lalu, ketiga adalah diferensiasi jangka panjang. Artinya, diferensiasi dari hulu ke hilir.
Misalnya jika memiliki bisnis rice box (ayam dan nasi), bukan hanya menjual produknya saja tapi juga memiliki peternakan ayam sendiri dan produk beras sendiri. Sehingga, membuat piramida bisnisnya kuat. Seumpama bisnis makanannya bangkrut, masih memiliki bisnis alternatif.
Fathir juga berbagi pendapat mengenai potensi bisnis di masa pandemi saat ini. Menurutnya, pandemi Covid-19 bisa diambil dari sisi positifnya.
“Pandemi ini teguran, untuk nakamse’ sendiri akibat pandemi menurunkan omset penjualan kita. Tapi, positifnya adalah kita dalam satu tim manajemen bisa saling bertukar ide mencari cara untuk meningkatkan kembali penjualan produk kita. Kemudian, melihat fenomena lain juga sekarang secara tidak langsung, para pekerja kantoran yang melakukan WFH mulai membuka bisnis yang mayoritas food and beverage. Ini bagus karena nanti ketika sudah aktif bekerja di kantor kembali, mereka akan memiliki 2 sumber pendapatan, aktif dan pasif income,” pungkasnya. (Meg)