Oleh : Thobib Al-Asyhar (ASN Kementerian Agama)
Pada tanggal 12-21 November 2020, Provinsi Sumatera Barat akan menjadi tuan rumah Musabaqah Tilawatil Quran Nasional XXVIII. Perhelatan akbar dwi tahunan yang akan dibuka oleh presiden ini mengangkat tema: MTQ Mewujudkan SDM Unggul, Profesional, dan Qur’ani untuk Indonesia Maju.
Namun ada sebagian pihak bertanya, apa urgensi pelaksanaan MTQN di tengah wabah Covid-19 ini? Pertanyaan penting yang perlu dijawab agar tidak terjadi mis-understanding bagi masyarakat. Jika event besar lain ditiadakan, atau setidaknya ditunda karena ancaman penyebaran virus Corona, kenapa MTQN tetap dilangsungkan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita memahami bahwa MTQN bukanlah sekedar perhelatan untuk kompetisi semata, sebagaimana pelaksanaan event olah raga seperti PON, Sea Games, atau semacamnya. MTQN merupakan produk budaya nusantara yang di dalamnya mencakup aspek tradisi dan spiritualitas yang justru penting diselenggarakan di tengah masa yang sulit ini.
Aktifitas MTQN yang berisi bacaan (tilawah), hafalan (tahfidz), tulisan (khath), pemahaman serta interpretasi (tafsir) terhadap isi dan kandungan Al-Quran menjadi bagian dari upaya kita untuk “mengetuk pintu langit” agar Tuhan Yang Maha Kuasa segera memberikan pertolongan dengan mengangkat wabah ini secepatnya. Bacaan dan penyebutan kalam suci Ilahi melalui MTQ akan meningkatkan level spiritualitas publik untuk terus mendekatkan diri kepada Allah swt. Melalui MTQ, diharapkan masyarakat makin mencintai kalam-kalam Ilahi untuk terus diingat dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan lain muncul, bukankah perhelatan MTQN sebagaimana biasanya akan terjadi kerumunan orang yang dapat menimbulkan simpul penyebaran virus? Harus digarisbawahi bahwa keputusan utama penyelenggaraan MTQN Sumbar ini dilandasi oleh keteguhan penyelenggara dengan menjaga protokol kesehatan yang sangat ketat. Event-event penyerta yang mengundang kerumunan seperti karnaval, pameran produk UKM, pengumpulan publik untuk menyaksikan langsung musabaqah, dan lainnya telah ditiadakan.
Selain alasan dan paradigma berpikir di atas, pelaksanaan MTQN Sumbar memiliki urgensi sebagai berikut:
Pertama, pelaksanaan MTQN Sumbar diharapkan dapat menjadi media “konsolidasi” spiritual umat Islam. Melalui saluran-saluran informasi media elektronik atas pelaksanaan MTQN ini, masyarakat diajak dan didorong untuk semakin mencintai kitab suci Al-Qur’an, meningkatkan frekuensi bacaan, dan mengamalkan nilai-nilainya seraya memohon dalam keheningan kiranya Allah segera mengangkat wabah Covid-19 dari bumi nusantara dan dunia pada umumnya. Secara spiritual, kecintaan publik terhadap Al-Qur’an diharapkan menjadi perekat jiwa-jiwa yang tenang untuk selalu mengingat kebesaran-Nya di tengah wabah ini.
Kedua, MTQN Sumbar diharapkan akan menjadi perekat kebangsaan antar elemen masyarakat dalam kemajemukan. Sebagaimana pelaksanaan sebelumnya, khususnya pada tahun 2012 yang diselenggarakan di Ambon, Maluku, MTQN benar-benar menjadi media kerukunan antar umat beragama pasca konflik sengit yang berbau SARA. Dalam konteks ini, MTQN Sumbar menjadi sangat strategis untuk menyatukan umat yang pernah terpolarisasi selepas perhelatan demokrasi, yaitu Pilpres dan Pemilu Legislatif. Apalagi sebentar lagi akan diselenggarakan Pemilukada serentak pada bulan Desember 2020 agar tidak terjadi polarisasi umat yang sangat merugikan.
Ketiga, MTQN Sumbar dapat menjadi peneguhan desiminasi budaya Islam nusantara yang memiliki kekhasan. Budaya Islam yang hidup di nusantara memiliki ciri wasathiyah (moderat), menjunjung tinggi toleransi, dan menghargai “local wisdom”. Budaya nusantara yang salah satunya diwakili oleh penyelenggaraan MTQN akan menjadi pemicu dan perekat ingatan publik untuk terus memasarkan Islam rahmatan lil-alamin, baik di dalam negeri maupun dunia luar.
Corak moderasi beragama ala nusantara yang belakangan ini mendapat apresiasi dunia internasional perlu terus diteguhkan. Moderasi beragama yang dicirikan oleh empat indikator utama, yaitu: komitmen kebangsaan, anti kekerasan, toleransi, dan menghargai kearifan lokal nampak dari perhelatan MTQN. Tentu MTQN yang dilaksanakan di provinsi Sumbar yang memiliki tagline: Adat Basandi Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabullah menjadi bukti nyata bersatunya adat (tradisi) dengan nilai-nilai agama (Islam) dengan karakteristik wasathiyah (moderat).
Oleh sebab itu, meski dilaksanakan di tengah wabah Covid-19, MTQN Sumbar memiliki pesan yang sangat mendalam. Selain menjadi perekat tali persaudaraan keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan, MTQN Sumbar juga menjadi pendorong tumbuhnya spiritualisme umat, sekaligus peneguhan tradisi Islam Indonesia yang moderat untuk Indonesia maju.