Setiap kita pasti melewati peristiwa, yaitu suatu realitas yang menyertai setiap tindakan dan perjalanan hidup kita. Dalam realitas itu ada yang sesuai dengan harapan dan keinginan kita, namun ada juga realitas yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita.
Disaat menghadapi realitas yang sesuai keinginan, maka tentu kita merasa bahagia dan bersemangat menjalaninya. Namun disaat realitas itu berbeda dengan harapan dan keinginan maka tidak sedikit diantara kita yang bahkan terkadang sulit menerima realitas yang terjadi sehingga munculllah sikap-sikap negatif, menyalahkan kondisi, menggerutu, gerundel, tidak terima dengan keadaan, dan berakhir dengan putus asa yang menjadikan hidup tidak bersemangat.
Sebenarnya sederhana dalam menghadapi realitas dunia ini yaitu jalanilah realitas dan jangan semata mendasarkan pada harapan dan keinginan melainkan dasarkanlah setiap tindakan dengan pertimbangan matang rasional spiritual sehingga realitas yang terjadi adalah hasil dari proses bimbinganNya dan kemudian ikutilah alurnya, jalani ibarat air yang mengalir, ikutilah hingga sampai dimana air itu bermuara. Karena keinginan kadang didorong oleh nafsu dan pertimbangan kemanusiaan. Sementara realitas itu berjalan sebab digerakkan oleh sang penguasa kehidupan yaitu Allah swt. Dan Allah swt tidak pernah salah dalam memperjalankan suatu realitas terhadap hambanya.
Selangkah waktu dari saat ini adalah misteri bagi manusia yang tidak ada satupun orang tahu atas apa yang akan terjadi, sementara Allah swt Maha Mengetahui dan Maha Merancang Kebaikan atas seorang hambanya, sehingga dibalik suatu realitas yang tidak baik dan tidak disuka menurut pandangan nafsu manusia, bisa jadi disana Allah sedang merencanakan kebaikan untuk dirinya. Sebaliknya dalam peristiwa yang disuka oleh manusia disana ada hal yang sebenarnya tidak baik untuk dirinya. Allah swt menjelaskan dalam FirmanNya :
كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 216)
Namun demikian seringkali manusia tidak mau sadar bahwa setiap realitas yang terjadi adalah sebab kasih sayang-Nya semata. Bahwa segala apapun yang ditetapkanNya dan ditaqdirkanNya atas diri manusia adalah semata berada dalam bingkai sifat kasih sayangNya. Tidak ada satupun peristiwa yang menyertai manusia kecuali Allah swt sayang pada manusia. Namun manusia tidak menyadarinya sebab lebih mendahulukan akal rasionalitas dan kepentingan emosionalnya.
الانسان بالتفكير والله بالتقدير
Manusia yang merencanakan namun Allah yang menentukan/menetapkan
Disinilah masalahnya, seringkali kita menyalahkan kondisi dan tidak terima dengan keadaan karena disebabkan pertimbangan utama dalam mensikapi realitas adalah akal rasionalitas yang cenderung dibimbing oleh nafsu sehingga menjadikan hilang ketawakkalan dan penerimaan atas ketetapan Allah swt serta jauh dari rasa syukur. Padahal jika seseorang bersedia bersyukur atas realitas apapun yang terjadi maka Allah swt pasti akan menambah nikmat atasnya. Bersyukurlah atas segala realitas apapun yang terjadi, katakan :
الحمد لله علي كل حال
Segala puji bagi Allah atas segala keadaan apapun.
Penerimaan atas suatu peristiwa dengan ikhlas dan penuh ketawakkalan akan menjadikan diri kita lebih tenang dan plong dalam menjalani setiap realitas yang terjadi, seraya sambil menunggu dan mencari kira-kira apa gerangan hikmah yang akan Allah swt tetapkan atas diri kita di balik semua peristiwa yang terjadi saat ini. Karena dalam setiap kesulitan dan persoalan, Allah swt memberikan ruang kebaikan dan kemudahan bagi diri kita.
Semoga Allah swt memberikan hati yang ikhlas penuh tawakkal dalam menerima realitas apapun yang terjadi dan semoga Allah memberikan kemudahan dalam menemukan hikmah dibalik semua realitas dan ditetapkannya kebaikan untuk diri kita. Aamiin
KH. Akhmad Muwafik Saleh Dosen Fisip UB Malang dan Penulis Produktif