KANAL24, Malang- Kampung keramik Dinoyo merupakan sala satu kampung ikonik di Kota malang. Berada di sekitar kampus seperti UB, Polinema, Unisma menjadikan kampung ini banyak dikenal oleh mahasiswa sejak dahulu. Selain itu kerajinan keramik di kampung ini merupakan salah satu ciri khas dari Kampung Keramik Dinoyo.
Tidak dapat dipungkiri perkembangan jaman dan semakin terbukanya perdangangan lintas wilayah dan negara serta perubahan selera konsumen turut berpengaruh terhadap kehidupan kampung ikonik ini.
Tidak sedikit saat ini warga yang semula rumahnya dijadikan lapak keramik beralih fungsi menjadi produk lain seperti warung atau dijasikan kos-kosan.
Padahal keramik Dinoyo sudah memiliki brand tersendiri dan masih memiliki pangsa pasar tersendiri.
“Ini yang menjadi fokus kami dari Doktor UB mengabdi, yaitu melakukan rebranding dari produk keramik Dinoyo,” kata Dr. Anton Efani dari UB kepada kanal24.co.id Rabu (6/11/2019)
Pada tahap awal tim yang terdiri dari Dr. Anthon Efani (FPIK), M. Kholid Mawardi, Ph.D (FIA) dan Dr. Eng. Abu Bakar Sambah (FPIK) bergerak cepat dengan mengumpulkan para warga yang memiliki usaha keramik untuk diajak sharing bersama dan membuat roadmap rebranding.
“Dari diskusi awal dengan mereka terugka beberapa permasalahan seperti SDM, bahan baku dan juga serbuah keramik impor serta perubahan perilaku konsumen,” kata Kholid Mawardi salah satu anggota tim.
Menurut Doktor spesialis UKM ini perubahan perilaku konsumen merupakan hal yang menarik seperti misalnya konsumen tidak mencari kermaik untuk perabot namun untuk merchandise seperti boneka untuk wisuda dan lainnya.
Dari hasil sharing Tim Doktor Mengabdi UB akan melakukan tiga hal sebagai langkah awal yaitu pelatihan desain keramik terutama yang sesuai dengan selera pasar saat ini dengan menggandeng Dr. Ponimin dari UM.
“Langkah kedua adalah pendampingan pemasaran online karena pasar online justru terbuka lebar untuk keramik dinoyo, setelah mereka bisa membuat desain-desain baru,” lanjut Anton.
Dengan mengerahkan SDM handal dari UB Media dan mahasiswa Anton dan tim bergerak cepat dengan memberi pelatihan marketing online kepada para pengrajin dinoyo.
Anton menyadari bahwa pola reward masih diperlukan untuk memotivasi para pengrajin agar bisa semakin kreatif dan sadar branding. Untuk itu sebagai langkah ketiga dalam waktu dekat pihaknya akan membuat lomba desain keramik bagi warga Dinoyo.
Ini juga sebagai evaluasi terhadap pelatihan yang sudah dilakukan agar kemudian dapat di ukur bersama.
“Yang jelas jangan sampai Kampung Keramik Dinoyo ini mati ditengah peluang pasar yang justru terbuka secara online,” pungkas Anton. (sdk)