KANAL24, Malang – Melihat potensi yang dimiliki oleh Karang Taruna Desa Kandangsemangkon, Paciran, Lamongan yakni produksi olahan ikan lele, Tim Doktor Mengabdi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) melakukan pengabdian tentang Induksi Teknologi Vacuum Frying pada Kelompok Pengolah Produk Perikanan Karang Taruna Desa Kandangsemangkon tersebut, selasa (2/9/2020).
Tim DM ini diketuai oleh Rahmi Nurdiani, S.Pi., Mapp.Sc., PhD dengan anggota Dr. Sc. Asep Awaludin Prihanto, S.Pi., MP dan Yoga Dwi Jatmiko, S.Si., Mapp.Sc., PhD serta 3 mahasiswa yang sedang PKM.
Bertempat di rumah kerja mitra pembuat alat Vacuum Frying yang juga merupakan dosen FTP UB, Dr. Ir. Anang Lastriyanto, M.Si, Tim DM UB melakukan pelatihan cara kerja alat penggorengan modern tersebut kepada mitra Karang Taruna, Ersal Syahreza, S.Pi dan Benni Purwanto.
“Sebelumnya, mitra di Karang Taruna memproduksi olahan ikan lele dalam bentuk keripik dengan menggunakan alat penggorengan konvensional. Kerugiannya kalau tidak pakai Vacuum itu keripik yang dihasilkan kurang krispi dan kandungan minyak tinggi sehingga biasanya keripik yang dihasilkan cepat tengik. Dengan penggorengan Vacuum ini diharapkan bisa meningkatkan secara kualitas, karena kalau tahan lama daerah pemasarannya juga semakin luas. Mereka juga berusaha untuk memberdayakan warga sekitar jadi kita support untuk ini,” terang Rahmi.
Setelah dilakukan pelatihan ini, rencananya 1 buah alat Vacuum Frying akan di kirim ke Karang Taruna Desa Kandangsemangkon untuk membantu proses produksi olahan ikan lele.
Sementara itu, Dr. Ir. Anang Lastriyanto, M.Si menjelaskan bahwa dengan menggunakan Vacuum Frying ini, keripik yang dihasilkan lebih awet, krispy, dan memiliki tingkat kematangan yang aman.
“Kalau menggunakan Vacuum Frying ini lebih aman bagi lingkungan, alat, dan makanan yang diproduksi. Aman bagi lingkungan karena minyak bekas penggorengan tidak rusak, justru malah menjadi minyak makan yang seasoning yang bernilai ekonomis. Suhu di alat ini telah diatur secara elektrik, sehingga tidak membuat makanan menjadi gosong,” kata Anang.
Lanjutnya, minyak yang dibutuhkan untuk alat ukuran standard (2 kg) adalah 12 liter. Namun, yang menarik adalah jika minyak digunakan untuk menggoreng hasil laut seperti udang, lele maka minyak masih dapat digunakan hingga 15-20 kali.
Mitra Karang Taruna Desa Kandangsemangkon, Ersal Syahreza, S.Pi mengatakan sangat berterima kasih dengan adanya pengabdian yang dilakukan oleh Tim DM UB ini. Dengan potensi bisnis ikan lele yang cukup lumayan ini, Ersal dan kawan-kawan bisa merambah pasar lebih luas lagi bukan hanya untuk distribusi ikan lele mentah saja.
“Kami sangat berterima kasih kepada teman-teman UB yang sudah bersedia untuk melakukan pengabdian di karang taruna kami. Dengan teknologi baru ini, kami berharap dapat lebih meningkatkan produksi olahan ikan lele ini. Usaha dasar kami adalah integrated good farm dengan konsep yang benar-benar zero limbah. Jadi mulai dari budidayanya sampai kita terapkan juga di pengolahan. Dagingnya kita fillet, potong-potong menjadi lele krispi. Sedangkan kepala, tulang, sirip nanti kita presto dijadikan steak lele dan ini ada induksi teknologi dari Brawijaya semoga produknya bisa lebih berkulitas, kadar air lebih sedikit, lebih krispy, awet, dll,” tandasnya. (Meg)