KANAL24, Malang – Air Terjun Sunggah di Desa Selur Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu destinasi wisata alam di wilayah Ponorogo selatan. Iklim pegunungan yang sejuk menambah keasrian kawasan ini. Ada tiga kawasan wisata alam potensial di Desa Selur yaitu Wisata Air Terjun Sunggah, Wisata Tumpak Siman (WTS) di Dusun Manggis dan Wisata Watu Semaur yang terletak di sisi jalan raya Ngrayun-Jajar.
Kawasan wisata alam Desa Selur dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari Stasiun Madiun berjarak 63 km, atau dengan perjalanan udara via Bandara Adisumarmo Solo dan bandara Juanda Surabaya menuju kota Ponorogo melalui perjalanan darat. Dari kota Ponorogo menuju kawasan wisata ini berjarak sekitar 33 km melawati jalanan pedesaan beraspal dengan pemandangan persawahan yang hijau di kanan kiri dan kawasan pegunungan yang sejuk dengan tanaman pinus yang asri.
“Namun ada kendala yaitu sarana infrastruktur masih kurang, plus sebetulnya air terjun ini bisa jadi sumber energi untuk masyarakat sekitar,” kata Dr. Denny Widhiyaningrum dari Tim Doktor Mengabdi (DM) UB kepada kanal24.co.id Selasa (3/12/2019).
Melihat kondisi ini Tim DM UB yang dikomandani oleh Dr. Eng. Denny Widhiyanuriyawan (FT) dibantu oleh Arif Hutoro, PhD. (FE) dan Dr. Sugiarto (FT) datang sejak Oktober 2019 dengan mengajak masyarakat dan Pemerintah Desa Selur berkolaborasi bersama membangun kawasan wisata alam di desa Selur.
Tim DM UB menawarkan energy mandiri di kawasan wisata air terjun Sunggah sekaligus menggali dana dari sumber energy yang dibangun. Menurut Dr. Denny, debit air terjun dan ketinggian terjunan di saat musim penghujan mampu menghasilkan kapasitas energi listrik mikrohidro lebih dari 20 kW. Dari sebagian debit air yang ada tanpa mengganggu wisata air terjun dan kebutuhan irigasi akan mampu dibangun unit pembangkit mikrohidro 20 kW. Dari 20 kW daya listrik terbangkit bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan kawasan wisata 2 kW dan yang 15 kW dapat dijual online ke BTS dengan harga Rp. 400,-/ kWh, sedangkan yang 3 kW lagi untuk safety daya. Dari 15 kW yang dijual ke BTS masyarakat mendapatkan sekitar 5 jt rupiah per bulan. Dan jika mampu menjual 15 kW selama 6 bulan saja, maka dana yang terkumpul mencapai 30 juta per tahun sehingga mencukupi untuk kebutuhan pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata.
“Ide ini sangat menarik dan kami warga Ngrayun menerma dengan terbuka untuk kemajuan desa kami,” kata Suprapto Kades Desa Selur.
Tim DM UB di tahun 2019 akan membuatkan generator kapasitas 20 kW, membuatkan beberapa unit gashebo di kawasan wisata dan merekondisi pipa pesat. Beberapa fasilitas pendukung wisata lainnya akan dibangun secara bertahap sehingga mampu menyajikan kawasan wisata yang representatif bagi wisatawan. Keberadaan pembangkit listrik mikrohidro nanti diharapkan mampu menjadi pelengkap destinasi wisata berupa wisata edukasi.
“ Tahap awal dari kegiatan Doktor Mengabdi ini telah dilaksanakan sosialisasi dan koordinasi program kegiatan dengan Pemerintah Desa Selur, Lembaga Kemasyarakatan, Pokdarwis dan masyarakat desa Selur pada Oktober kemarin,” kata Denny.
Setelah dilakukan pembagian tugas dengan pemerintah desa dan masyarakat Selur Tim DM segera menyiapkan turbin kapasitas 20 kW dan pipa pesat dari baja untuk merenovasi bagian pipa pesat yang rusak. Selanjutnya dibuatkan 3 unit gashebo di kawasan wisata untuk memvasilitasi wisatawan.
Tim DM UB juga telah melakukan pengambilan gambar kawasan wisata sunggah dari udara yang akan digunakan untuk memetakan lokasi beberapa fasilitas pendukung kawasan wisata. Kegiatan Doktor Mengabdi LPPM UB di desa Selur ini rencananya dilaksanakan secara bertahap selama 3 tahun. (sdk)