KANAL24, Malang – Sejak terbang perdana pada 13 September 1978, debut helikopter angkut sedang H215 terbilang moncer, helikopter twin engine yang sebelumnya juga dikenal dengan kode AS 332 setidaknya telah dioperasikan oleh 100 operator (sipil dan militer) di lebih dari 59 negara. Seperti di Indonesia, nama helikopter ini punya nama yang ‘harum,’ termasuk dipercaya sebagai helikopter kepresidenan RI. Dan, pada 6 September lalu, rupanya menjadi hari yang bersejarah bagi keluarga Super Puma.
Dikutip dari siaran pers Airbus.com, pihak Airbus Helicopters di Marignane, Perancis pada 6 September 2019 mengumumkan peluncuran produksi ke seribu Super Puma. Peluncuran pesanan ke-1000 tersebut adalah dari Kepolisian Federal Jerman (Bundespolizei) guna mendukung Komando Jerman Havarie yang bertugas menangani kondisi darurat di lepas pantai.
“Keluarga helikopter Super Puma, baik di segmen sipil dan militer secara konsisten telah berkinerja baik di berbagai segmen, mulai dari aksi pemadaman api di hutan, mendukung pembangunan jaringan listrik, angkutan pasukan, sampai menyelamatkan nyawa di lingkungan ekstrim,” ujar Bruno Even, CEO Airbus Helicopters.
Sebagai sebuah keluarga besar dalam payung “Super Puma,” lini helikopter yang ditawarkan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu sipil dan militer. Untuk sipil ada pilihan H215 dan H225, sementara untuk militer ada H215M dan H225M. Secara tampilan tak ada perbedaan yang berarti antara H215 dan H225, namun sesuai dari kodenya dapat diketahui, bahwa H225 punya dimensi dan spesifikasi yang lebih besar dari H215.
Bagi mata awam agak sulit untuk membedakan sekilas antara H215 dan H225, namun hal paling mudah bisa dilihat perbedaannya pada jumlah bilah baling-baling di rotor utama. H215 alias NAS 332 punya empat bilah baling-baling, sedangkan H225 jumlah baling-balingnya ada lima, dan memang ada perbedaan jenis mesin antara H215 dan H225, dimana H225 punya kemampuan mesin lebih besar.
Dilansir dari Indomiliter.com di Indonesia H215 (NAS 332) Super Puma produksi (lisensi) PT Dirgantara Indonesia telah dioperasikan sipil dan militer. Operator sipil NAS 332 di Indonesia yang terkenal adalah Pelita Air Service. Sementara Super Puma debutnya masih aktif dioperasikan TNI AU, baik di Skadron Udara 6 dan Skadron Udara 45 VVIP. Namun di lingkup Puspenerbal TNI AL, identitas NAS332 Super Puma sayangnya telah dihapuskan dalam inventaris.
Lain lagi dengan H225, di Indonesia debutnya baru masuk di tipe H225M, yaitu sebagai helikopter SAR Tempur (Combat SAR) – H225M Caracal yang saat ini telah digunakan Skadron Udara 8 Lanud Atang Sanjaya.
Nah, bagi netizen yang ingin melihat dari dekat sosok H215 alias NAS 332 Super Puma TNI AU, dapat melihatnya setiap saat di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta. Pasalnya NAS332 Super Puma dari Skadron Udara 6 dengan nomer H-3212 produksi PT IPTN telah ‘diparkir’ secara permanen di halaman depan museum. Helikopter ini tak lagi digunakan setelah mengalami musibah hard landing di Lanud Sentani, Jayapura pada tahun 2007.(sdk)