KANAL24, Jakarta – Amerika Serikat (AS) ikut terjerembab ke dasar resesi ekonomi imbas dari pertumbuhan ekonomi minus 32,9 persen di kuartal II-2020. Sebelumnya di kuartal I minus 5 persen.
Hal yang dialami Amerika Serikat ini merupakan yang paling buruk sejak 1947 dan penurunan tajam terjadi pada konsumsi, ekspor, investasi dan belanja pemerintah. Konsumsi barang seperti pakaian dan alas kaki turun tajam.
Lalu bagaimana hubungannya dengan Indonesia? Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan imbasnya cukup dirasakan ekonomi nasional, di mana setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi AS terkoreksi akan berpengaruh pada 0.02-0.05 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Efek resesi AS juga akan memberikan dampak pada kepercayaan investor dalam berinvestasi di aset yang beresiko tinggi seperti saham,” ujar Bhima Senin (3/8/2020)
Perubahan perilaku investor, tambah Bhima, semakin mengincar safe haven, seperti emas dan government bond. Artinya, capital outflow dari pasar modal kemungkinan besar terjadi.
Tercatat dalam sepekan terakhir nett sells atau penjualan bersih saham di Indonesia naik Rp1,86 triliun. Bahkan, aksi jual terus berlanjut hingga pada sesi pertama perdangan di BEI hari ini.
“Efek lain adalah turunnya kinerja ekspor ke AS sebagai mitra dagang utama,” kata Bhima.(sdk)